
PENINGKATAN KUALITAS PENDIDIKAN
DI SEKOLAH KRISTEN LENTERA
AMBARAWA
DENGAN PENDEKATAN ANALISIS SWOT
DISUSUN DALAM RANGKA MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
TOTAL QUALITY MANAGEMEN
Dosen Pengampu : Prof. Supramono, SE. M.BA. D.BA
Raniati (942007025) A.Setyo Nugroho (942007015) |
PROGRAM PASCA SARJANA
MAGISTER MANAGEMEN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2008
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Dalam dunia persaingan global yang tajam saat ini, orang banyak berbicara tentang “mutu” terutama berhubungan dengan pekerjaan yang menghasilkan produk dan/atau jasa. Suatu produk dibuat karena ada yang membutuhkan, dan kebutuhan tersebut berkembang seiring dengan tuntutan mutu penggunanya. Untuk menghasilkan suatu layanan dalam suatu kualitas dapat menggunakan Total Quality Management.
Total Quality Management adalah mamajemen yang didesain untuk dapat mewujudkan produk atau jasa yang memenuhi kreteria biaya terhemat,kualitas terhemat.Total berarti melibatkan semua orang dan segala sesuatu.
Total Quality Management (TQM) atau disebut Manajemen Mutu Terpadu (MMT) hadir sebagai jawaban atas kebutuhan akan mutu tersebut. Suatu produk dan/atau jasa dibuat sedemikian rupa agar dapat memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggannya. Titik temunya antara harapan dan kebutuhan pelanggaran dengan hasil produk dan/atau jasa itulah yang disebut “bermutu.” Jadi ukuran bermutu tidaknya suatu produk dan/atau jasa adalah pada terpenuhi tidaknya harapan dan kebutuhan pengguna/ pelanggan. Semakin tinggi tuntutan pengguna maka semakin tinggi kualitas tersebut.
Dalam dunia pendidikan Total Quality Management merupakan suatu hal yang baru dikalangan masyarakat pendidikan karena belum semua stakeholder pendidikan mengenal istilah ini. TQM dapat digunakan sebagai peningkatan kualitas pendidikan. Pendekatan system ini berorientasi pada upaya perbaikan secara terus menerus dan penerapan prinsip-prinsip TQM berfokus pada layanan konsumen. Peningkatan kualitas pendidikan dapat dilihat dari analisis SWOT. Analisis SWOT merupakan bagian dari TQM dalam pendidikan.
Analisis SWOT (Strength, Weaknesses, Opportunities and Threats) merupakan Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman yang dapat meningkatkan kualitas pendidikan. Dalam Peningkatan kualitas dengan SWOT didunia pendidikan dilakukan khususnya di sekolah-sekolah. Sekolah Menengah Pertama Kristen lentera Ambarawa akan dijadikan suatu subjek penelitian untuk meningkatkan mutu peningkatan layanan dengan analisis SWOT. SMP tersebut merupakan SMP yang tertua di Ambarawa dan merupakan satu-satunya sekolah Kristen di Ambarawa. Sekolah Kristen ini berganti nama menjadi sekolah Kristen Lentera sejak 2007. Sekolah ini sudah banyak dikenal masyarakat ambarawa dan telah banyak menghasilkan alumnus sehingga penulis mengadakan penelitian peningkatan kualitas pendidikan disekolah tersebut dengan analisis SWOT.
1.2. RUMUSAN MASALAH
Dalam makalah ini adapun rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan SMP Kristen Lentera Ambarawa?
2. Apakah faktor-faktor yang menjadi peluang dan ancaman SMP Kristen Lentera Ambarawa?
3. Apakah faktor-faktor yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di SMP Kristen Lentera Ambara?
1.3. TUJUAN MASALAH
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang merupakan kekuatan dan kelemahan SMP Kristen Lentera Ambarawa
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang merupakan peluang dan ancaman SMP Kristen Lentera Ambarawa
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di SMP Kristen Lentera Ambarawa.
1.4. BATASAN PENELITIAN
Dalam penelitian ini batasan penelitian hanya untuk para guru dan kepala sekolah SMP Kristen Lentera Ambarawa.
1.5. LANGKAH PENELITIAN
Adapun langkah-langkah penelitian adalah sebagai berikut
1. Observasi I ke sekolah
2. Meminta
3. Menyiapkan daftar pertanyaan
4. Observasi II ke sekolah, melakukan wawancara dengan Kepala Sekolah dan perwakilan guru.
5. Melakukan penyebaran angket dan melakukan diskusi dengan Kepala Sekolah dan para guru mengenai SWOT.
6. Analisis Data
7. Pembuatan makalah hasil penelitian.
Bab II
KIBLAT TEORITIS
1. PENGERTIAN TQM
Menurut Salis (1993) TQM adalah sebagai suatu filosofi dan suatu metodologi untuk membantu mengelola perubahan, dan inti dari TQM adalah perubahan budaya dari pelakunya. Lebih lanjut Slamet (1995) menegaskan bahwa TQM adalah suatu prosedur dimana setiap orang berusaha keras secara terus menerus memperbaiki jalan menuju sukses. TQM bukanlah seperangkat peraturan dan ketentuan yang kaku, tetapi merupakan proses-proses dan prosedur-prosedur untuk memperbaiki kinerja. TQM juga menselaraskan usaha-usaha orang banyak sedemikian rupa sehingga orang-orang tersebut menghadapi tugasnya dengan penuh semangat dan berpartisipasi dalam perbaikan pelaksanaan pekerjaan. Oleh karena TQM menselaraskan usaha-usaha orang banyak dan agar mereka bersemangat dan berpartisipasi dalam perbaikan pelaksanaan pekerjaan, maka menuntut adanya perubahan sifat hubungan antara yang mengelola (pimpinan) dan yang melaksanakan pekerjaan (staf atau karyawan). Perintah dari atasan diubah menjadi inisiatif dari bawah, dan tugas pimpinan bukanlah memberi perintah tetapi mendorong dan memfasilitasi perbaikan mutu pekerjaan.
2. KUALITAS PENDIDIKAN
Mutu adalah sifat dari benda dan jasa. Setiap orang selalu mengharapkan bahkan menuntut mutu dari orang lain, sebaliknya orang lain juga selalu mengharapkan dan menuntut mutu dari diri kita. Ini artinya, mutu bukanlah sesuatu yang baru, karena mutu adalah naluri manusia. Benda dan jasa sebagai produk dituntut mutunya, sehingga orang lain yang menggunakan puas karenanya. Dengan demikian, mutu adalah paduan sifat-sifat dari barang atau jasa, yang menunjukkan kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan pelanggan, baik kebutuhan yang dinyatakan maupun yang tersirat. Benda dan jasa sebagai hasil kegiatan manusia yang secara sadar dilakukannya disebut “kinerja”. Kinerja itulah yang dituntut mutunya, sehingga muncul istilah “mutu kinerja manusia”. Suatu kinerja disebut bermutu jika dapat menemuhi atau melebihi kebutuhan dan harapan pelanggannya. Oleh karena itu, maka suatu produk atau jasa sebagai kinerja harus dibuat sedemikian rupa agar dapat memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggannya. Dalam pembicaraan tentang mutu, terdapat unsur-unsur yang terkait, yaitu: produk dan jasa, penghasil produk/jasa, pelanggan, kebutuhan dan harapan, produk/jasa yang bermutu dan kepuasan.
Produk dan jasa adalah hasil yang diproduksi karena ada yang memerlukan. Orang yang membuat produk atau jasa disebut penghasil produk/jasa, sedangkan orang yang memerlukan produk/jasa itu disebut pelanggan. Adapun kebutuhan dan harapan adalah cerminan dari apa saja yang diharapkan atau dibutuhkan oleh pelan produk/jasa. Adanya produk/jasa yang disebut bermutu bila dapat memenuhi atau bahkan melebihi dari sekedar kebutuhan dan harapan pelanggan/ penggunanya, yang ditandai dengan kepuasan. Ciri-ciri mutu (sebagai bentuk pelayanan pelanggan) ditandai dengan: (1) ketepatan waktu pelayanan, (2) akurasi pelayanan, (3) kesopanan dan keramahan (unsur menyenangkan pelanggan), (4) bertanggung jawab atas segala keluhan (complain) pelanggan, (5) kelengkapan pelayanan, (6) kemu-dahan mendapatkan pelayanan, (7) variasi layanan, (8) pelayanan pribadi, (9) kenyamanan, (10) dan ketersediaan atribut pendukung (Slamet, 1999). Setiap produk/jasa yang bermutu memberikan pelayanan tepat waktu seperti yang disepakati dengan pelanggan. Kemoloran atau tertundanya waktu dari yang telah disepakati menjadi cacat mutu karena cidera janji. Akurasi pelayanan atau ketepatan produk/jasa seperti yang diminta atau dipesan oleh pelanggan juga merupakan salah satu dari ciri mutu pelayanan. Kesalahan atau kemelencengan dari apa yang dipesan, menyebabkan produk/jasa tersebut tidak bermanfaat bahkan mendatangkan kerugian bagi pelanggan. Untuk itu menjadi penting melakukan proses pendefisian kebutuhan pelanggan sebelum proses produksi/layanan dilakuan.
Setiap pelayanan yang bermutu harus menyenangkan pelanggan, sehingga kesopanan dan keramah-tamahan dalam berkomunikasi dengan pelanggan menjadi unsur penting untuk menjaga mutu. Ungkapan sehari-hari dalam dunia bisnis: “pembeli adalah raja” maksudnya adalah berusaha menyenangkan pembeli agar kembali lagi untuk membeli di kesempatan lain. Setiap penghasil produk/jasa harus berani bertanggung jawab atas segala yang telah diperbuatnya, ia harus mempertanggung jawabkan atas segala resiko yang diakibatkan oleh pekerjaan itu. Semua yang menjadi keluhan (complain) pelanggan harus dipertanggung jawabkan, jika produk tidak sesuai dengan yang dipesan/dibutuhkan sesuai janji kesepakatan sebelumnya, maka ia harus bertanggung jawab untuk menggantinya. Sebagai penghasil produk/jasa haruslah selengkap mungkin menyediakan sarana dan kemampuan yang diperlukan oleh pelanggan. Ini artinya, bahwa penghasil produk/jasa haruslah profesional dan kompetenggan dari pihak penghasil dengan bidangnya. Selain itu, sebagai penghasil produk/jasa haruslah memberikan kemudahan kepada pelanggan untuk mendapatkan produk/jasa tersebut, baik yang berhubungan dengan waktu, tempat, atau kemudahan menjangkaunya. Bentuk pelayanan hendaknya juga bervariasi, sehingga banyak pilihan bagi pelanggan. Inovasi haruslah digalakkan sehingga banyak temuan untuk menunjang variasi layanan tersebut. Sedapat mungkin pelayanan bersifat pribadi lebih ditonjolkan, sehingga tidak terkesan kaku, fleksibel dan terkesan ada penanganan khusus bagi pelanggan.
Kenyamanan pelayanan harus pula diciptakan, misalnya berhubungan dengan lokasi/ruangan, fasilitas pelayanan yang memadai seperti petunjuk-petunjuk yang mudah dikenali oleh pelanggan, dan ketersediaian informasi yang dibutuhkan oleh pelanggan. Peranan atribut pendudukung seperti lingkungan yang nyaman, kebersihan yang standar, ruangan ber AC, ruang tunggu dan lain-lain yang bersifat penunjang sangat diperlukan bagi suksesnya pelayanan mutu. Oleh karena itu perlu diperhatikan. Konsep mutu sebenarnya selain bersifat absolut juga bersifat relative dari pelanggannya. Mutu yang bersifat absolut menunjuk pada suatu produk/ jasa yang standar tertentu, dipatok dengan ukuran tertentu oleh suatu lembaga yang memiliki otonomi untuk itu. Mutu suatu produk/ jasa yang bersifat relatif berarti tergantung pada konsumennya/pelanggannya
bagaimana mereka menetapkan standar kebutuhan dan harapannya. Mengapa produk/ jasa harus bermutu? Dalam persaingan bebas kita seharusnya berorientasi pada kebutuhan dan harapan konsumen atau pelanggan (customers). Jika produk/layanan hasil kinerja kita tidak bermutu, maka customers akan meninggalkan kita, karena ada alternatif lain yang bisa dipilih oleh mereka. Jika penghasil produk/jasa ingin tetap berlangsung usahanya (dipakai oleh customers), maka ia harus menjaga mutu bahkan meningkatkan mutu produk/jasa layanannya seiring dengan tuntutan kebutuhan dan harapan customers.
3. ANALISIS SWOT
Untuk menyatakan peran dan fungsi teknologi informasi pada pendidikan maka perlu dianalisis dengan metode SWOT (strength, weakness, opportunity, and threat). Adapun tahap analisis SWOT menurut Rangkuti (1977) adalah :
a. Identifikasi faktor-faktor eksternal dan internal
b. Memberi nilai peubah dengan pembobotan serta rating dari 1 sampai 5. Bobot
dikalikan rating dari setiap faktor untuk mendapatkan skor untuk faktor-faktor
tersebut. Sesuai dengan pola empat sel kuadran metode SWOT berikut ini akan dijelaskan posisiinstitusi pendidikan dalam perpaduan antara kondisi internal dan eksternal untuk menyatakan peran dan fungsi teknologi informasi
Sel satu adalah situasi yang paling menguntungkan, institusi pendidikan menghadapi beberapa lingkungan dan mempunyai kekuatan yang mendorong dalam pemanfaatan peluang yang ada. Sel dua adalah situasi dimana institusi pendidikan dengan kekuatan internal menghadapi suatu lingkungan yang tidak menguntungkan. Sel tiga adalah institusi pendidikan menghadapi lingkungan yang sangat menguntungkan tetapi tidak memiliki kemampuan untuk menangkap peluang .
Sel empat adalah situasi perusahaan yang paling tidak menguntungkan. Institusi pendidikan menghadapi ancaman lingkungan yang utama dari suatu posisi yang relative lemah.
Bab III
PEMBAHASAN
1. Profil Sekolah
SMP Kristen Lentera Ambarawa didirikan pada tahun 2007, sekolah ini pengalihan dari sekolah Kristen Masehi PSAK. Bangunan sekolah ini terdiri dari
Visi 2007-2012
· Yayasan Lentera Edukasi
Visi Yayasan Lentera Edukasi adalah Terwujudnya Kecerdasan Hidup sesuai Anugerah-Nya. Yayasan Lentera Edukasi terpanggil untuk turut ambil bagian dalam pekerjaan yang telah disediakan Tuhan sebelumnya, yakni proses membuat cerdas menghadapi hidup menjadi kenyataan. Anugerah Tuhan, yang adalah kecerdasan sejati, menjadi arah dan motivator pelayanan Yayasan Lentera Edukasi.
· Sekolah Kristen Lentera
Visi Sekolah Kristen Lentera adalah Terbentuknya Jati Diri Siswa sesuai Anugerah-Nya. Sekolah Kristen Lentera, yang terdiri atas
Misi 2007-2012
· Yayasan Lentera Edukasi mempunyai tujuan dasar:
1. Menolong pendidik mengembangkan diri sesuai anugerah Tuhan.
2. Membantu pendidik menerapkan anugerah Tuhan kepada siswa didik.
3. Mengembangkan Sistem Edukasi yang berorientasi pada anugerah Tuhan.
· Sekolah Kristen Lentera mempunyai tujuan dasar:
1. Membantu siswa didik mengenal, menghargai dan mengembangkan anugerah Tuhan dalam dirinya masing-masing.
2. Mengenalkan Tuhan yang memberikan anugerah kepada siswa didik.
3. Melatih siswa didik mengendalikan dirinya dalam perkembangan pribadinya.
4. Mengembangkan potensi positif tiap siswa didik dalam anugerah Tuhan.
5. Mendampingi orangtua atau pihak keluarga siswa didik memiliki pemahaman yang sama tentang anugerah Tuhan.
6. Melibatkan kehidupan masyarakat dan permasalahannya, sebagai laboratorium hidup, sehingga siswa dapat belajar untuk memberi solusinya.
Motto Sekolah Kristen Lentera
“Menjadi diri dalam anugerah-Nya”
Sasaran Tahun Ajaran 2007 / 2008
Sasaran Yayasan Lentera Edukasi adalah berlangsungnya proses belajar mengajar di tingkat TK sampai kelas 9 sesuai metode Multiple Intelligences yang berorientasi pada visi Yayasan Lentera Edukasi, dengan tersedianya:
1. Guru dan karyawan yang mencerminkan kehidupan kristiani edukatif.
2. Fasilitas dengan konstruksi yang lebih memadai dari sebelumnya, seperti penggantian atap, pengecatan ulang, reinstalasi listrik dan telepon.
3.
4. Laboratorium Komputer dengan 25 unit komputer.
5. Laboratorium IPA/Sains dan Tenologi yang mendukung metode Multiple Intelligences.
6. Ruang Perpustakaan dan buku bacaan yang memadai untuk
7. Playground TK sesuai dengan metode Multiple Intelligences.
8. Buku pelajaran TK dan SD kelas 1 sesuai dengan metode Multiple Intelligences.
9. Buku pelajaran SD kelas 2 sampai kelas 9 (SMP kelas 3) sesuai dengan kurikulum yang berlaku, KTSP.
1. KEKUATAN
No. | Elemen Swot | Bobot | Skor | Total Skor |
1. | Letak sekolah yang strategis dan satu-satunya sekolah Kristen yang tertua dan berpengalaman yang terletak di | 0.075 | 4 | 0,3 |
2. | Status sekolah yang terakreditasi A dan sekolah yang menerapkan 5 hari kegiatan belajar mengajar | 0.075 | 3 | 0,225 |
3. | Guru-guru bependidikan hampir semua S1 dan ada juga yang S2 | 0.125 | 4 | 0,5 |
4. | Mendapat dukungan penuh dari komite sekolah, gereja-gereja, yayasan dan sekolah-sekolah ternama (seperti IPEKA, UPH) dan memiliki kemampuan jejaring yang luas | 0.125 | 4 | 0,5 |
5. | Menggunakan Sistem Multiple Intelegensi dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah | 0.125 | 3 | 0,375 |
6. | Menerapkan system Penerimaan Siswa Baru yang ketat dan | 0.1 | 3 | 0,3 |
7. | Kegiatan ekstrakulikuler dan mulok yang beraneka ragam | 0.075 | 3 | 0,225 |
8. | Mempunyai perencanaan dan program sekolah yang jelas | 0.125 | 3 | 0,375 |
9. | Memiliki ruang laboratorium computer yang memadai | 0.075 | 4 | 0,3 |
10. | Mengutamakan Pembinaan karakter yang bercirikan nilai-nilai Kristiani | 0.1 | 3 | 0,3 |
| TOTAL | 1 | 31 | 3,4 |
2. KELEMAHAN
No. | Elemen Swot | Bobot | Skor | Total Skor |
1. | Fasilitas laboratorium IPA, Kesenian, Olahraga dan Perpustakaan yang belum memadai | 0.3 | 3 | 0.6 |
2. | Tingkat kedisiplinan, daya dan semangat belajar yang kurang dari para siswa | 0.3 | 3 | 0.9 |
3. | Bangunan kelas yang terkesan gelap, jendela menempel pada tembok | 0.1 | 2 | 0.2 |
4. | Jumlah guru yang terbatas atau kurang | 0.3 | 3 | 0.9 |
| TOTAL | 1 | 11 | 2.6 |
3. PELUANG
No. | Elemen Swot | Bobot | Skor | Total Skor |
1. | Dukungan dan hubungan yang sangat baik dengan yayasan-yayasan kritiani baik di | 0.125 | 4 | 0.5 |
2. | Komite sekolah yang berasal dari orang-orang yang berpengaruh didaerah sekitar sekolah maupun dari majelis-majelis gereja dan donator-donatur sekolah | 0.15 | 4 | 0.6 |
3. | Memiliki TK dan SD dalam satu wilayah yang dapat menjadi siswa di SMP Kristen Lentera | 0.125 | 3 | 0.375 |
4. | Banyak gereja-gereja di Ambarawa yang mendukung positif bagi sekolah | 0.15 | 4 | 0.6 |
5. | Pelaksanaan otonomi daerah termasuk otonomi sekolah | 0.1 | 3 | 0.3 |
6. | Meningkatnya perhatian dan anggaran pendidikan dari pemerintah | 0.1 | 3 | 0.3 |
7. | Adanya lomba atau kompetensi akademik yang diselenggarakan baik oleh pemerintah, swasta sebagai sarana menguji prestasi siswa | 0.125 | 3 | 0.375 |
8. | Lokasi sekolah di tepi jalan raya dekat dengan Kecamatan Ambarawa | 0.125 | 3 | 0.375 |
| TOTAL | 1 | 27 | 3.425 |
4. ANCAMAN
No. | Elemen Swot | Bobot | Skor | Total Skor |
1. | Keluhan orang tua dan murid tentang kelelahan fisik siswa karena pulang terlalu sore | 0,2 | 3 | 0,6 |
2. | Keberadaan sekolah-sekolah lain (sekolah favorit maupun negri), dan sekolah negeri menjadi prioritas bagi masyarakat pada umumnya | 0,1 | 3 | 0,3 |
3. | Pola pikir orang tua siswa yang kurang mendukung siswa untuk belajar | 0,2 | 3 | 0,6 |
4. | Pengaruh negative dari teknologi terhadap perkembangan anak seperti internet dan Hp | 0,3 | 3 | 0,9 |
5. | Sentimental keagamaan masih kental mewarnai pemilihan sekolah | 0,1 | 3 | 0,3 |
6. | Banyak orang yang berjualan di sekitar lokasi sekolah | 0,1 | 2 | 0,2 |
| TOTAL | 1 | 18 | 2,9 |
HASIL ANALISA SWOT
IFAS | EFAS | ||
KATEGORI | SUBTOTAL | KATEGORI | SUBTOTAL |
KEKUATAN (S) | 3,4 | PELUANG (O) | 3,425 |
KELEMAHAN (W) | 2,6 | ANCAMAN (T) | 2,9 |
TOTAL (S-W) | 0,8 | TOTAL (O-T) | 0,525 |
|
|
|
|
|
|
BAB IV
SIMPULAN
Adapun simpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Dengan kekuatan dan peluang yang dimiliki oleh SMP Kristen Lentera Ambarawa dapat meningkatkan kualitas pendidikan melalui pembinaan karakter yang bercirikan nilai-nilai kristiani dan dukungan yang penuh dari komite sekolah, gereja-gereja, yayasan dan sekolah-sekolah ternama.
2. Dengan kelemahan dan Ancaman yang dimiliki oleh SMP Kristen Lentera Ambarawa dapat mengantisipasi dan memperbaiki kualitas pendidikan seperti meningkatkan sarana dan prasarana baik labaratorium IPA, Kesenian maupun Olahraga.
DAFTAR PUSTAKA
Sallis, Edward. 2008. Total Quality Management In Education. Jogyakarta: IRCiSoD.Cetakan VII.
Arshad, Lincoln. 2000. Ekonomi Manajerial Edisi ke 3.
Salvatore, Dominic. 2005. Ekonomi Manajerial dalam Perekonomian Global.
Tjiptono, Fandy, dan Diana Anastasia. 2003. Total Quality Manajemen.
www.wikipedia.org
http://www.sman1kesamben.com/detail-berita-data124.html
http://www.deliveri.org/Guidelines/implementation/ig_3/ig_3_6ai.htm