Minggu, 16 November 2008

Kali Pancur

Kali Pancur
Kabupaten Semarang


8 November 2008
(Happy birthday for my love)

Kali Pancur

Kali Pancur adalah suatu tempat rekreasi yang letaknya di lereng gunung telomoyo, Jawa tengah.
Kali pancur merupakan air terjun dengan keindahan alam yang mengesankan dan luar biasa.
Keindahan alam yang luar biasa dengan pohon-pohon cemara, dan hembusan air terjun membuat suasana menjadi romantis bagi orang-orang yang lagi kasmaran.

@@@ Sekian @@@









foto kenang-kenangan 1
di kali pancur












foto kenang-kenangan 2
di kali pancur







disain by:

Agus Alis Setyo Rini
&
Jonathan Ardhimas Setyo Nugroho


Jumat, 07 November 2008

Humoris Doraemon

eh ngomong-ngomong doraemon, kamu pasti tahu dech film doraemon yang biasa ditayangkan di televisi swasta di RCTI. disana terdapat beberapa tokoh utama seperti doraemon, nobita, gayen, zizuka dan zuneo



tebak-tebakan

eh ngomong-ngomong siapa yang tahu neneknya doraemon?
siapa tahu dapathadiah?....

jawaban...

Dora Ngerti

Kamis, 06 November 2008

Rabu, 05 November 2008

Humoris Makan Tebu


APAKAH BARANG TEBAK-TEBAKAN INI DIBAWAH INI.!




PANJANG, KERAS ENAK DIMASUKKAN,

SESUDAH ITU............................

DIKELUARKAN LEMAS...........

APA INI??????????.........................................

APA ITU??????????........................................

APA YANG DILAKUKAN ORANG TERSEBUT ?







(jawaban:)

ehhhhh............. pikiran anda jangan ngeres dulu donk............



POSITIF TINKING

jawabannya makan tebu,

alasan: tebu yang panjang dan keras dimasukkan ke mulut enak sekali kan rasa manisnya

kemudian sesudah menjadi lemas digigit2 dimulut dikeluarkan kan menjadi lemas setelah dikeluarkan.

Humoris Nasi Goreng


NASI GORENG PEDAS DAN TIDAK PEDAS

kebanyakan orang pasti pernah makan nasi goreng, entah itu enak atau tidak pasti mayoritas khususnya masyarakat di Ambarawa pernah makan nasi goreng. nasi goreng tentunya bahan-bahannya sangat mudah didapat. nasi tentunya menjadi suatu elemen penting dalam nasi goreng, cerita ini dimulai pada waktu malam hari dimana saya sedang membeli nasi goreng di warung makan.

pertanyaan
APA BEDANYA NASI GORENG PEDAS DAN TIDAK PEDAS?





(JAWABAN)
KALAU NASI GORENG PEDAS KARETNYA 2, NASI GORENG TIDAK PEDAS KARETNYA 1

KENAPA BISA BEGITU
setelah aku membeli nasi goreng, penjual nasi tersebut berkata mas...... nasi goreng pedas karetnya 2 ya sedangkan nasi goreng tdk pedas karetnya 1.

ooooooooooooooooooooo Begitu ......................100x

Kepemimpinan yang efektif

INNOVATIVE SCHOOL
KEPEMIMPINAN YANG EFEKTIF
DI SMP KRISTEN LENTERA
AMBARAWA
Disusun Oleh :
A. Setyo Nugroho
(942007015)


PROGRAM PASCA SARJANA
MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA 2008

A. LATAR BELAKANG

Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia menurut ukuran normatif. Menyadari akan hal tersebut, pemerintah sangat serius menangani bidang pendidikan, sebab dengan sistem pendidikan yang baik diharapkan muncul generasi penerus bangsa yang berkualitas dan mampu menyesuaikan diri untuk hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan. Manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan , kesehatan jasmani dan rohani , kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Dalam upaya mencapai tujuan pembangunan nasional tersebut, peranan pendidikan menjadi sangat penting. Pendidikan pada umumnya dilaksanakan di sekolah karena sekolah berfungsi untuk meneruskan nilai – nilai luhur bangsa kepada generasi muda serta berlangsungnya proses pembelajaran. Untuk terjadinya Proses Belajar Mengajar dan meneruskan nilai – nilai luhur yang efektif perlu adanya kerja sama yang baik antara guru dan siswa, orang tua dan masyarakat disekitarnya sudah barang tentu di bawah koordinasi seorang manager yaitu Kepala Sekolah.Kepala Sekolah adalah pemimpin tertinggi di sekolah. Pola kepemimpinannya sangat berpengaruh bahkan sangat menentukan terhadap kamajuan sekolah. Pada saat menjadi guru tugas pokoknya adalah mengajar dan membimbing siswa untuk mempelajari mata pelajaran tertentu sedangkan Kepala Sekolah bertugas pokoknya adalah “ memimpin“
dan “mengelola” guru beserta stafnya untuk bekerja sebaik-baiknya demi mencapai tujuan sekolah.

Wahjosumidjo mengemukakan bahwa:
Penampilan kepemimpinan kepala sekolah adalah prestasi atau sumbangan
yang diberikan oleh kepemimpinan seorang kepala sekolah, baik secara kualitatif
maupun kuantitatif yang terukur dalam rangka membantu tercapainya tujuan
sekolah. Penampilan kepemimpinan kepala sekolah ditentukan oleh faktor
kewibawaan, sifat dan keterampilan, perilaku maupun fleksibilitas pemimpin.
Menurut Wahjosumidjo, agar fungsi kepemimpinan kepala sekolah berhasil
memberdayakan segala sumber daya sekolah untuk mencapai tujuan sesuai dengan
situasi, diperlukan seorang kepala sekolah yang memiliki kemampuan profesional
yaitu: kepribadian, keahlian dasar, pengalaman, pelatihan dan pengetahuan
profesional, serta kompetensi administrasi dan pengawasan.

Kemampuan profesional kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan yaitu bertanggung jawab dalam menciptakan suatu situasi belajar mengajar yang kondusif, sehingga guru-guru dapat melaksanakan pembelajaran dengan baik dan peserta didik dapat belajar dengan tenang. Disamping itu kepala sekolah dituntut untuk dapat bekerja sama dengan bawahannya, dalam hal ini guru. Kepemimpinan kepala sekolah yang terlalu berorientasi pada tugas pengadaan sarana dan prasarana dan kurang memperhatikan guru dalam melakukan tindakan, dapat menyebabkan guru sering melalaikan tugas sebagai pengajar dan pembentuk nilai moral. Hal ini dapat menumbuhkan sikap yang negatif dari seorang guru terhadap pekerjaannya di sekolah, sehingga pada akhirnya berimlikasi terhadap keberhasilan prestasi siswa di sekolah.
Kepala sekolah adalah pengelola pendidikan di sekolah secara keseluruhan, dan kepala sekolah adalah pemimpin formal pendidikan di sekolahnya. Dalam suatu lingkungan pendidikan di sekolah, kepala sekolah bertanggung jawab penuh untuk mengelola dan memberdayakan guru-guru agar terus meningkatkan kemampuan kerjanya. Dengan peningkatan kemampuan atas segala potensi yang dimilikinya itu, maka dipastikan guru-guru yang juga merupakan mitra kerja kepala sekolah dalam berbagai bidang kegiatan pendidikan dapat berupaya menampilkan sikap positif terhadap pekerjaannya dan meningkatkan kompetensi profesionalnya. Kepemimpinan kepala sekolah dan sikap guru terhadap pekerjaan merupakan faktor yang cukup menentukan tingkat kompetensi profesional guru.
Memimpin dan mengelola sangat mudah untuk dikatakan tetapi sulit untuk dilaksanakan karena perlu keterampilan khusus dan pengorbanan terutama sekarang yang paling langka adalah keteladanan. Seorang Kepala Sekolah harus menjadi suri teladan, baik bagi guru dan stafnya maupun siswa dan orang tua. Dengan keteladanan yang baik akan menghasilkan kepemimpinan yang kuat sehingga pada gilirannya nanti tujuan pendidikan nasional dapat tercapai sehingga negara kita dihuni oleh manusia – manusia yang bertaqwa.

A. TUJUAN

Diharapkan Kepala Sekolah dapat :
1. Memimpin dan mengelola Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kristen Lentera Ambarawa dengan baik.
2. Mengembangkan Pendidikan Khususnya di lingkungan sekolahnya umumnya didunia pendidikan.

B. RUMUSAN MASALAH

Dari perumusan masalah diatas, penulis merumuskan masalah diatas sebagai berikut: Dapatkah kepemimpinan Kepala Sekolah SMP Kristen Lentera Ambarawa yang efektif dan inovatif sekolah menjadi berkembang?





BAB II
URAIAN METERI

Sehubungan dengan hal tersebut di atas dan berdasarkan data empiris dilapangan akan diuraikan tentang : Kepemimpinan Kepala Sekolah, kepimpinan yang efektif dan inovatif sekolah akan berkembang.

A. Kepemimpinan Kepala Sekolah
Kepemimpinan kepala Sekolah sangat dipengaruhi oleh hal – hal sebagai berikut :
Kepribadian yang kuat mengembangkan pribadi yang percaya diri,berani, bersemangat, murah hati, dan memiliki kepekaan sosial.
Memahami tujuan pendidikan dengan baik
Pengetahuan yang luas dengan selalu menjadi manusia pembelajar.
Keterampilan profesional yang terkait dengan tugasnya sebagi Kepala Sekolah , yaitu :
Keterampilan teknis: menyusun jadwal, memimpin rapat, dll.
Keterampilan hubungan kamanusian: bekerja sama dengan orang lain, memotivasi, mendorong guru dan staf, dan lain – lain.
Keterampilan konseptual, misalnya mengembangkan konsep pengembangan sekolah, memperkirakan masalah yang akan muncul dan mencari pemecahan.

Untuk mengembangkan sekolah perlu dipahami dan dilaksanakan prinsip – prinsip
kepemimpinan secara umum berlaku , yaitu :
Konstruktif, artinya Kepala Sekolah harus mendorong dan membina setiap staf untuk berkembang.
Kreatif, artinya Kepala Sekolah harus selalu mencari gagasan dan cara baru dalam melaksanakan tugas.
Partisipatif, artinya mendorong keterlibatan semua pihak yang terkait dalam setiap kegiatan di sekolah.
Kooperatif , artinya mementingakan kerja sama dengan staf dan pihak lain yang terkait dalam melaksanakan setiap kegiatan.
Delegatif, artinya berupaya mendelegasikan tugas keda staf sesuai dengan tugas / jabatan serta kemampuan mereka.
Integratif , artinya selalu mengitegrasikan semua kegiatan sehingga dihasilkan sinergi untuk mencapai tujuan sekolah.
Rasional dan Objektif , artinya dalam melaksnakan tugas atau bertindak selalu berdasarkan pertimbangan rasio dan objektif.
Pragmatis dalam menetapkan kebijakan atau taraget. Kepala Sekolah harus mendasarkan pada kondisi dan kemampuan nyata yang dimilki sekolah.
Keteladanan , artinya dalam memimpin sekolah , Kepala Sekolah dapat menjadi contoh yang baik.
Adaptabel dan Fleksibel, artinya Kepala Sekolah harus dapat beradaptasi dalam menghadapi situasi baru dan menciptakan situasi kerja yang memudahkan staf untuk beradaptasi.

Menerapkan Gaya Kepemimpinan
Untuk menerapkan gaya kepemimpinan oleh Kepala Sekolah tergantung pada situasi dan kondisi staf yang dipimpinnya,diantaranya:
© Gaya Kepemimpinan Delegatif : lebih banyak memberikan dukungan dan mendelegasikan tugas dan wewenang kepada staf jika menghadapi staf yang memiliki kemampuan baik dan motivasi kerja yang baik.
© Gaya Kepemimpinan Partisifatif : Kepala Sekolah berpartisipasi aktif dalam mendorong staf untuk menggunakan kemampuannya secara optimal jika mengahadapi staf yang memilki kamapuan kerja baik tetapi motivasi kerja kurang.
© Gaya Kepemimpinan Konsultatif : Kepala Sekolah banyak memberikan bimbingan sehingga kemampuan staf secara bertahap meningkat jika menghadapi staf yang memilki kerja yang kurang baik tetapi memilki motivasi kerja baik.
© Gaya Kepemimpinan Instruktif : Kepala Sekolah lebih banyak memberi petunjuk yang spesifik dan secara ketat mengawasi staf dalam mengerjakan tugasnya.
Mengunakan filosofi Ki Hajar Dewantoro yaitu ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karso, tut wuri handayani artinya Pemimpin harus selalu membengkitkan semangat seluruh staf. Untuk mengajukan gagasan dan kemudian mewujudkannya, serta mendorong dan mendukung setiap untuk tampil menunjukkan kemampuannya. Keterpaduan antara kepemimpinan dan manajerial: Antara kepemimpinan dan manajerial tidak dapat dipisahkan. Kepemimpinan akan menjiwai manajer dalam melaksanakan tugasnya. Tugas Kepala Sekolah sering dirumuskan sebagai EMASLIM, yaitu Educator, Manager, Administrator , Supervisor , Leader , Inovator , dan Motivator .

B. Kepemimpinan yang Efektif dan Inovatif Sekolah akan Berkembang
Dengan berbekal kepemimpinan Kepala Sekolah, Prinsip – prinsip kepemimpinan,
menerapkan gaya kepemimpinan yang berbeda , dan terpadunya antara kepemimpinan dan manejerial diharapkan sekolah akan berkembang. Setiap Kepala Sekolah, guru, siswa dan orang tua bahkan masyarakat tentu berharap sekolahnya berkembang.
Supaya selalu berkembang maka perlu adanya rencana pengembangan yang harus dijadikan landasan kerja seluruh staf, sehingga harus disusun dengan baik. Rencana pengembangan sekolah terdiri dari rencana jangka panjang selama 8 tahun , rencana jangka menengah untuk 4 tahun dan jangka pendek untuk 1 tahun.
Berdasarkan pengalaman kami di lapangan maka kami menyusun rencana pengembangan tersebut di SMP Kristen Lentera Ambarawa dengan berdasarkan pada:
a) Mengkaji kebijakan yang relevan.Misalnya SMP Kristen Lentera Ambarawa merupakan sekolah baru yang didirikan pada tahun 2007 yang sebelumnya dari yayasan PSAK berubah menjadi Yayasan Lentera Edukasi
b) Menganalisa Kondisi Sekolah menggunakan teknik SWOT dengan mengetahui kekuatan , kalemahan , peluang dan ancaman sekolah. Misal SMP Kristen Lentera Ambarawa.
SMP Kristen Lentera Ambarawa mempunyai
ü Kekutan : letak yang sangat strategis , tanah luas , sarana dan prasarana sangat memadai.
ü Kelemahan : belum menjadi sekolah yang favorit di wilayah kecamatan Ambarawa. karena kurangnya bibit unggul dari siswa yang berkompeten.
ü Peluang : dapat menjadi sekolah unggulan
ü Ancaman : Kurangnya disiplin dari para siswa sehingga berdampak pada nama baik sekolah.
c) Menentukan tujuan : dengan dijabarkan Visi , misi , dan strategi untuk SMP Kristen Lentera Ambarawa.

Visi 2007-2012
· Yayasan Lentera Edukasi
Visi Yayasan Lentera Edukasi adalah Terwujudnya Kecerdasan Hidup sesuai Anugerah-Nya. Yayasan Lentera Edukasi terpanggil untuk turut ambil bagian dalam pekerjaan yang telah disediakan Tuhan sebelumnya, yakni proses membuat cerdas menghadapi hidup menjadi kenyataan. Anugerah Tuhan, yang adalah kecerdasan sejati, menjadi arah dan motivator pelayanan Yayasan Lentera Edukasi.

· Sekolah Kristen Lentera
Visi Sekolah Kristen Lentera adalah Terbentuknya Jati Diri Siswa sesuai Anugerah-Nya. Sekolah Kristen Lentera, yang terdiri atas TK, SD dan SMP, memahami bahwa setiap orang diciptakan dengan keunikan dalam anugerah Tuhan. Itulah sebabnya, orientasi Sekolah Kristen Lentera adalah menjadikan setiap orang, yang terlibat dalam edukasi Lentera, bertumbuh sesuai anugerah-Nya. Menjadi diri dalam anugerah-Nya adalah motto Sekolah Kristen Lentera.

Misi 2007-2012
· Yayasan Lentera Edukasi mempunyai tujuan dasar:
1. Menolong pendidik mengembangkan diri sesuai anugerah Tuhan.
2. Membantu pendidik menerapkan anugerah Tuhan kepada siswa didik.
3. Mengembangkan Sistem Edukasi yang berorientasi pada anugerah Tuhan.

· Sekolah Kristen Lentera mempunyai tujuan dasar:
Membantu siswa didik mengenal, menghargai dan mengembangkan anugerah Tuhan dalam dirinya masing-masing.
Mengenalkan Tuhan yang memberikan anugerah kepada siswa didik.
Melatih siswa didik mengendalikan dirinya dalam perkembangan pribadinya.
Mengembangkan potensi positif tiap siswa didik dalam anugerah Tuhan.
Mendampingi orangtua atau pihak keluarga siswa didik memiliki pemahaman yang sama tentang anugerah Tuhan.
Melibatkan kehidupan masyarakat dan permasalahannya, sebagai laboratorium hidup, sehingga siswa dapat belajar untuk memberi solusinya.


Motto Sekolah Kristen Lentera
“Menjadi diri dalam anugerah-Nya”


Sasaran Tahun Ajaran 2007 / 2008
Sasaran Yayasan Lentera Edukasi adalah berlangsungnya proses belajar mengajar di tingkat TK sampai kelas 9 sesuai metode Multiple Intelligences yang berorientasi pada visi Yayasan Lentera Edukasi, dengan tersedianya:
1. Guru dan karyawan yang mencerminkan kehidupan kristiani edukatif.
2. Fasilitas dengan konstruksi yang lebih memadai dari sebelumnya, seperti penggantian atap, pengecatan ulang, reinstalasi listrik dan telepon.
3. Teacher Center sesuai metode Multiple Intelligences.
4. Laboratorium Komputer dengan 25 unit komputer.
5. Laboratorium IPA/Sains dan Tenologi yang mendukung metode Multiple Intelligences.
6. Ruang Perpustakaan dan buku bacaan yang memadai untuk TK, SD dan SMP, baik Guru maupun Siswa.
7. Playground TK sesuai dengan metode Multiple Intelligences.
8. Buku pelajaran TK dan SD kelas 1 sesuai dengan metode Multiple Intelligences.
9. Buku pelajaran SD kelas 2 sampai kelas 9 (SMP kelas 3) sesuai dengan kurikulum yang berlaku, KTSP.

Dengan berbekal kajian di atas dan telah digulirkannya proses MBS dan Program BOS di Sekolah, maka Kepala Sekolah sangat perlu menerapkan kepemimpinan efektif dan inovatif sehingga diharapkan nantinya sekolah akan berkembang sesuai dengan yang telah diprogramkan.
Kepemimpinan efektif adalah kepemimpinan yang selalu mengandalkan produktivitas yang tinggi dengan termotivitasnya guru rajin di dalam kelas maupun di luar kelas , staf TU bekerja dengan baik dan para siswa mau dan mapu belajar , dapat dibuktikan dari hasil UN, Ulangan Umum , dan lain – lain. Kepemimpinan efektif lebih menitikberatkan pada pendekatan kesejahteraan dan pendekatan kekeluargaan dibandingkan dengan pendekatan kekuasaan, mengubah paradigma pemimpin dari tadinya harus dilayani harus menjadi pelayan yang baik apakah itu kepada guru dan staf , siswa , orang tua, masyarakat atau pejabat. Kepala Sekolah senantiasa inovatif karena yang dihadapinya kebanyakan manusia yang selalu dinamis dan menghargai perbedaan.













BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dengan bertekad kepemimpinan yang mempunyai kepribadian yang kuat , percaya diri, berani, bersemangat dan memeliki kemampuan sosial, pengetahuan yang luas mempunyai keterampilan profesional dan melaksanakan prinsip – prinsip kepemimpinan serta menetapkan gaya kepemimpinan yang tergantung pada situasi dan kondisi ,efektif dan inovatif duharapkan sekolah akan berkembang dengan baik karena setiap waktu terjadi inovasi – inovasi baru yang mengakibatkan guru dan staf serta siswa bekerja sesuai dengan apa yang diharapjkan dan pada gilirannya menghasilkan giol – gol yang banyak dan indah. Setiap peluang dan kekuatan lebih diberdayakan dan kelemahan harus diantisipasi secara dini.

B. Saran

Ï Prinsip – prinsip ini harus dilaksanakan secara konsisten.
Ï Menjadi pemimpin mudah dikatakan tetapi sulit untuk dilaksanakan.
Ï Pimpinlah diri sendiri dengan baik sebelum memimpin orang lain karena memimpin diri sendiri lebih sulit dari pada memimpin orang lain.










DAFTAR PUSTAKA

Bimo Walgito. 2001. Psikologi Sosial, Suatu Pengantar. Yogyakarta: Penerbit Andi, h. 115-116.
Departemen pendidikan Nasional direktorat Jendral Pendidikan Dasar Menengah.

Direktorat Sekolah Lanjutan . Panduan Manajeman Sekolah.

Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Mnengah.

Direktorat Tenaga Kependidikan 2001. Petunjuk Praktis Pengembangan Profesi bagi
Jabatan Fungsional Guru.

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat 2001 . Pedoman Implementasi Menajemen
Berbasis Sekolah di Jawa Barat.

Departeman Pendidikan dan Kebudayaan Sarana Pendidiikan 1997 . Petunjuk
Administrasi Sekiolah Lanjutan Tingkat Pertama.

Syaiful Bahri Djamarah. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta, h. 73.

Zainal Aqib. 2002. Profesionalisme Guru dalam Pembelajaran. Surabaya: Cendekia

Wahjosumidjo. 2002. Kepemimpinan Kepala Sekolah, Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya.Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, h. 349.

Selasa, 04 November 2008

mind mapping vs problem solving

Bapak Mind Mapping

Bapak Problem Solving


PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA
MENGGUNAKAN MODEL MIND MAPING (PETA KONSEP) DENGAN
PROBLEM SOLVING (PEMECAHAN MASALAH)
UNTUK KELAS VII SMP LENTERA AMBARAWA


PROPOSAL TESIS








DISUSUN OLEH:
A.SETYO NUGROHO
(942007015)


PROGRAM PASCA SARJANA
MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2008

BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang

Ibarat makanan, satu jenis masakan yang dimasak oleh koki yang berbeda akan berakibat pada perbedaan rasa pada masakan tersebut. Hal ini dapat dibuktikan, bahwa nasi goreng yang dihidangkan oleh restoran tertentu dirasakan oleh pembeli lebih enak daripada nasi goreng yang berasal dari restoran lain. Oleh sebab itu ada satu atau dua restoran yang pelanggannya rela antri untuk bisa makan, sementara restoran lain yang menghidangkan menu yang sama tidak menarik banyak pengunjung. Hal ini terjadi karena minat atau selera dari pengunjung yang berbeda. Namun demikian, akan ada titik kesamaan jawaban jika pertanyaan tersebut ditanyakan kepada mereka, yaitu rasa masakannya yang lain. Berbicara tentang rasa dari suatu masakan, tidak akan lepas dari koki yang telah meramu dan mengolah bahan mentah menjadi masakan siap saji. Berbicara tentang koki yang menyiapkan masakan, berarti berbicara tentang cara dia mengolah dan memberi bumbu sehingga dapat menghasilkan rasa yang lezat. Demikian juga dengan pembelajaran. Satu materi pembelajaran jika diajarkan oleh dosen atau guru yang berbeda akan dirasakan oleh siswa dengan rasa yang berbeda pula. Jika siswa belajar ditanya mengapa guru atau dosen A banyak disenangi oleh banyak siswa dapat ditebak jawabannya akan berkisar bagaaimana cara mengajar guru atau dosen A yang menarik (Hisyam Zaini, dkk.2002:1). Cara mengajar dosen atau guru tidak lepas dari bagaimana proses pembelajaran dilingkungan dunia pendidikan.
Pembelajaran adalah proses, Cara, menjadikan makhluk hidup belajar. Sedangkan belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman (KBBI, 1996: 14). Sependapat dengan pernyataan tersebut Sutomo (1993: 68) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah proses pengelolaan lingkungan seseorang yang dengan sengaja dilakukan sehingga memungkinkan dia belajar untuk melakukan atau mempertunjukkan tingkah laku tertentu pula. Sedangkan belajar adalah suatu proses yang menyebabkan perubahan tingkah laku yang bukan disebabkan oleh proses pertumbuhan yang bersifat fisik , tetapi perubahan dalam kebiasaan, kecakapan , bertambah, berkembang daya pikir, sikap dan lain-lain( Soetomo,1993: i20).
Dalam proses belajar siswa mendapatkan pertambahan materi berupa informasi mengenai teori, gejala, fakta ataupun kejadian-kejadian. Informasi yang diperoleh akan diolah oleh siswa. Proses pengolahan informasi melibatkan kerja sistem otak, sehingga informasi yang diperoleh dan telah diolah akan menjadi suatu ingatan.
Ingatan merupakan suatu proses biologi, yaitu pemberian kode-kode terhadap informasi dan pemanggilan informasi kembali ketika informasi tersebut dibutuhkan. Pada dasarnya ingatan adalah sesuatu yang membentuk jati diri manusia dan membedakan manusia dari mahluk hidup lainnya. Ingatan memberikan titik-titik rujukan pada masa lalu dan perkiraan pada masa depan. Ingatan merupakan reaksi kimia elektrokimia yang rumit yang diaktifkan melalui beragam saluran inderawi dan disimpan dalam jaringan saraf yang sangat rumit dan unik di seluruh bagian otak. Ingatan dibentuk melalui berfikir, bergerak dan mengalami hidup (rangsangan inderawi). Semua pengalaman yang dirasakan akan disimpan dalam otak, kemudian akan diolah dan diurutkan oleh struktur dan proses otak mengenai nilai dan kegunaannya ( Eric Jensen. 2002:21 )
Informasi yang diperloleh siswa dalam bentuk materi pelajaran akan diolah dan disimpan menjadi sebuah ingatan. Ingatan jangka pendek yang diubah menjadi sebuah ingatan jangka panjang memerlukan keterlibaan kerja sistim limbic. Siswa menginginkan matri pelajaran yang diterima dalam proses belajar menjadi sebuah ingatan jangka panjang. Siswa melakukan berbagai hal untuk menyimpan ingatan tersebut menjadi ingatan jangka panjang, salah satunya dengan mencatat materi pelajaran yang telah dipelajari,
Mencatat merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan daya ingat. Otak manusia dapat menyimpan segala sesuatu yang dilihat, didengar dan dirasakan. Tujuan pencatatan adalah membantu mengingat informasi yang tersimpan dalam memori tanpa mencatat dan mengulangi informasi, siswa hanya mampu mengingat sebagian kecil materi yang diajarkan.
Umumnya siswa membuat catatan tradisional dalam bentuk tulisan linier panjang yang mencakup seluruh isi materi pelajaran, sehingga catatan terlihat sangat monoton dan membosankan. Umumnya catatan monoton akan menghilangkan topik-topik utama yang penting dari materi pelajaran.
Otak tidak dapat langsung mengolah informasi menjadi bentuk rapi dan teratur melainkan harus mencari, memilih, merumuskan dan merangkainya dalam gambar-gambar, simbol-simbol, suara, citra, bunyi dan perasaan sehingga informasi yang keluar satu persatu dihubungkan oleh logika, diatur oleh bahasa dan menghasilkan arti yang dipahami. Model pembelajaran dapat menggunakan mind mapping (peta konsep) maupun problem solving (pemecahan masalah).
Perbedaan dari model pembelajaran mind mapping (peta konsep) dan problem solving (pemecahan masalah) terletak pada tehnik pembelajaran bagi para siswa. Pemetaan konsep (mind mapping), yaitu cara yang paling mudah untuk memasuk informasi kedalam otak dan untuk kembali mengambil informasi dari dalam otak. Peta pemikiran merupakan teknik yang paling baik dalam membantu proses berfiki otak secara teratur karena menggunakan teknik grafis yang bearsal dari pemikiran manusia yang bermanfaat untuk menyediakan kunci-kunci universal sehingga membuka potensi tak (Tonny dan Bary Buzan, 2004: 68). Sedangkan problem solving adalah cara untuk memecahkan masalah dari persoalan yang ada. Dengan adanya pembelajaran mind mapping maupun problem solving dimungkinkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam bidang studi matematika.
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang cukup memusingkan. Hal ini tidaklah mengherankan karena selama ini pembelajaran matematika masih bersifat konvensional dan monoton. Guru lebih aktif berceramah dibandingkan dengan siswa. Akibatnya, perasaan bosan belajar matematika sewaktu-waktu bisa muncul pada diri siswa. Untuk mengimbangi kebosanan tersebut maka sudah tidak ada cara lain bagi siswa dalam memahami konsep matematika melainkan dengan model mind mapping dengan problem solving.
Fakta seperti yang tersebut di atas tenyata dapat memunculkan persepsi siswa yang selalu mengidentikkan matematika dengan rumus. Rumus-rumus yang ada harus dihafal tanpa harus mengetahui tahapan penemuan dan manfaat rumus tersebut. Karena rumus hanya dihafal, maka banyak siswa mengalami kesulitan menerapkan dan memilih rumus tersebut dalam menyelesaikan soal. Terlebih lagi ketika siswa diminta menyelesaikan beberapa soal pengembangan yang model dan bentuknya tidak seperti contoh soal yang diberikan pada saat guru menerangkan materi tersebut. Akibatnya, prestasi belajar siswa dipastikan jauh dari yang diharapkan.
Untuk meningkatkan prestasi belajar matematika di SMP Kristen Lentera yang hampir semua guru menggunakan pembelajaran ceramah. Dari hal diatas mendorong penulis untuk meningkatkan prestasi belajar dengan pendekatan mind mapping dan problem solving. Dari hal tersebut akan dibahas apakah ada perbedaan prestasi belajar matematika menggunakan mind mapping dengan problem solving.


1.2 Rumusan Masalah
Pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah : apakah ada perbedaan prestasi belajar matematika menggunakan model mind mapping (peta konsep) dengan problem solving (pemecahan masalah).

1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dengan pasti signifikansi perbedaan prestasi belajar matematika menggunakan model mind mapping (peta konsep) dengan problem solving (pemecahan masalah).




1.4 Pembatasan Masalah
Dalam penelitian, penulis melakukan pembatasan terhadap data sebagai berikut :
1. Banyaknya responden adalah Siswa kelas VII SMP Kristen Lentera Ambarawa.
2. Pembelajaran matematika menggunakan sub materi bangun dimensi dua: Segitiga
3. Pengolahan data menggunakan program SPSS versi 12.

1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah:
1. Dapat mengetahui peningkatan prestasi belajar matematika siswa melalui model mind mapping (peta konsep) atau problem solving (pemecahan masalah).
2. Para guru dapat menerapkan pembelajaran mind mapping (peta konsep) atau problem solving (pemecahan masalah). Dalam proses belajar dan mengajar sehingga dapat meningkatkan kualitas dan prestasi belajar siswa dalam bidang matematika.

1.6 Langkah Penelitian
Langkah dari metode yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Studi literatur tentang mind mapping (peta konsep) dan problem solving (pemecahan masalah)
2. Pembuatan Alat ukur dalam penelitian
3. Pembelajaran menggunakan model mind mapping (peta konsep) dan problem solving (pemecahan masalah) untuk siswa kelas VII SMP Kristen Lentera Ambarawa.
4. Pengamatan dan pengumpulan data
5. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas data
6. Pengolahan data
7. Analisis dan pembahasan
8. Kesimpulan
9. Pembuatan laporan


























BAB II
KIBLAT TEORITIS

Pada bab ini akan dibahas mengenai landasan teori mengenai pembelajaran, prestasi belajar, mind mapping, problem solving dan sub materi bidang matematika yaitu segitiga.
2.1. Definisi Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses , cara, menjadikan makhluk hadup belajar . Sedangkan belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu , berubah tingkah laku atau tanggapa yang disebabkan oleh pengalaman (KBBI, 1996: 14). Sependapat dengan pernyataan tersebut Sutomo (1993: 68) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah proses pengelolaan lingkungan seseorang yang dengan sengaja dilakukan sehingga memungkinkan dia belajar untuk melakukan atau mempertunjukkan tingkah laku tertentu pula. Sedangkan belajar adalah suatu proses yang menyebabkan perubahan tingkah laku yang bukan disebabkan oleh proses pertumbuhan uang bersifat fisik , tetapi perubahan dalam kebiasaan, kecakapan , bertambah, berkembang daya pikir, sikap dan lain-lain.( Soetomo,1993: i20)
Pasal I Undang- undang No. 20 tahun 2003 tantang pendidikan nasional menyebutkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Jadi pembelajaran adalah proses yang disengaja yang menyebabkan siswa belajar pada suatu lingkungan belajar untuk melakukan kegiatan pada situasi tertentu.

2.2. Prestasi Belajar
2.2.1. Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan (slameto, 2003). Dari pengertian tersebut diatas berarti belajar merupakan proses perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan yang terjadi di dalam diri individu banyak sekali sifat dan jenisnya bukan setiap perubahan dalam diri individu yang merupakan perubah dalam arti belajar.
Belajar adalah proses dimana tingkah laku yang ditimbulkan adalah diubah melalui praktek atau latihan (slameto, 1998). Dari dua definisi terakhir tersebut menunjukkan bahwa belajar itu merupakan proses perubahan tingkah laku yang diperlukan melalui latihan maupun pengalaman. Jadi perubah tingkah laku yang tidak melalui proses atau tidak diperoleh melalui latihan maupun dari pengalaman bukanlah kegiatan belajar.
Menurut Winkel (1991) belajar merupakan aktivitas mental adalah psikis yang berlangsung dalam interaksi akatif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan dan pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap. Maka dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan proses perubahan tingkah laku secara keseluruhan setelah berinteraksi dengan lingkungan.
Ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar dapat dikategorikan sebagai berikut (Slameto, 1988 : 3:4):
a. Perubahan terjadi secara sadar
b. Perubahan dalam belajar bersifat kontinue dan fungsional
c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif
d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara, namun menetap atau permanen
e. Perubahan dalam belajar bertujuan dan teramah
f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.


2.2.2. Prestasi Belajar

Didalam kamus besar bahasa indonesia (2002 :895) menyebutkan prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dan sebagaiknya). Menurut Ariyono Suyono (1985 :332) prestasi sama dengan achievment Yang mempunyai arti hasil suatu usaha prestasi belajar adalah tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam buat skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah mata pelajaran tertentu (nawawi,1981).
Secara umum prestasi belajar dapat diartikan sebagai pengetahuan yang dicapai siswa pada sejumlah mata pelajaran tertentu yang telah ditetapkan pada tiap semester yang meliputi sikap penguasaan materi sebagai tolak ukur keberhasilan siswa disekolah yang selanjutnya tertuang dalam raport yang dinyatakan dalam bentuk nilai yang berkisar antara 0-100. dengan membandingkan hasil tes yang dapat dicapai siswa lain yang ikut belajar dalam kurun waktu yang sama maka dapat diperoleh gambaran kedudukan atas status prestasi tersebut dalam satu kelas.
Sadali dan soewadji (2003), mengatakan bahwa prestasi belajar siswa sangat berhubungan dengan prestasi akademik yang dalam bahasa inggris “academic performance”. Hasil belajar siswa adalah hasil dari usaha, kemampuan dan sikap seseorang dalam menyelesaikan kegiatan dalam bidang pendidikan. Sedangkan Davis dalam Liufeto (2000) berpendapat prestasi belajar adalah kemampuan yang berupa knowledge, understanding dan skills siswa dalam satu kurun waktu tertentu yang memprediksikan performance dan kompetensi siswa pada akhir pembelajaran dalam kurun waktu tertentu yang meliputi kurun waktu semester atau satu tahun, berdasarkan tujuan tes prestasi belajar itu dilakukan.
2.1.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar
Berbeda-bedanya kemampuan merupakan salah satu faktor yang menyebabkan berbeda-bedanya prestasi. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi prestasi belajar adalah :
a. Faktor Internal
Faktor internal yang dimaksud adalah segala sesuatu yang bersumber dari dalam diri subjek yang belajar, seperti faktor psikologis yang mencakup minat, kecerdasan, motivasi, perhatian , ingatan dan berfikir, dan faktor psikologis yang mencakup penglihatan, pendengaran, gizi, dan kesehatan. Fisiologis terganggu akan mempengaruhi hasil prestasi belajar anak.
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah segala faktor yang bersumber dari luar diri subyek yang belajar, seperti instruksional yang meliputi kurikulum, bahan belajar, guru pengajar, metode penyajian, serta lingkungan belajar yang meliputi lingkungan alam, lingkungan fisik dan lingkungan sosial.
c. Faktor Situasional
Faktor situasional menurut Winkel (1987), antara lain :
1. Keadaan musim adalah iklim sering menciptakan kondisi psikis atau kondisi fisik pada guru dan siswa yang kurang menguntungkan
2. keadaan waktu yang mencakup jumlah hari dan jumlah jam setiap hari dimana kegiatan belajar berlangsung.
3. keadaan politik ekonomis yang labil dan berubah-ubah membuat guru dan murid menjadi gelisah dan cemas

2.3. Mind Mapping (Peta Konsep)
Mind mapping merupakan temuan Tony Buzan. Buzan, yang oleh banyak kalangan disetarakan kehebatannya dengan Stephen Hawking (jika Hawking ahli mengeksplorasi ruang angkasa, Buzan ahli dalam mengeksplorasi otak), menemukan mind mapping pada 1970-an. Sejak 1975, bersama Micahel J. Gelb, Buzan mengem-bangkan mind mapping sebagai alat untuk melatih orang berpikir dengan lebih berdayaguna.
Mind mapping atau pemetaan pikiran merupakan salah satu teknik mencatat tinggi. Informasi berupa materi pelajaran yang diterima siswa dapat diingat dengan bantuan catatan. Peta Konsep merupakan bentuk catatan yang tidak monoton karena mind mapping memadukan fungsi kerja otak secara bersamaan dan saling berkaian satu sama lain. Sehngga akan terjadi keseimbangan kerja kedua belahan otak. Otak dapat menerima informasi berupa gambar, simbol, citra, musik dan lain lain yang berhubungan dengan fungsi kerja otak kanan (Tonny dan Bary Buzan, 2004: 68).
Manfaat awal mind mapping adalah untuk mencatat. Mind mapping menggusur metode lama outlining yang kaku dan kadang mengganggu kebebasan memunculkan ide-ide baru. Mind mapping selain mampu membebaskan seseorang yang ingin merekam informasi, juga membantu orang tersebut untuk mengait-ngaitkan informasi dengan dirinya dan sekaligus menjadikan diri tersebut kreatif.
Ada banyak petunjuk dalam membuat pemetaan-pikiran. Gordon Dryden dan Jeannette Vos, dalam The Learning Revolution, memberikan cara-cara yang simpel, imajinatif, dan memberdayakan.
Tahap-tahap Mind Mapping:
1. Bayangkan sel-sel otak (neuron) Anda seperti pohon, masing-masing menyimpan informasi yang berhubungan pada cabang-cabangnya.
2. Susunlah kembali poin-poin kunci, dari topik mana pun yang ingin Anda keluarkan atau Anda serap, di atas selembar kertas putih sebagaimana bentuk pohon (neuron) yang bercabang-cabang.
3. Mulailah dengan gagasan inti, biasanya dengan satu simbol, di tengah halaman, lalu gambarlah cabang-cabangnya menyebar di sekelilingnya. Jika Anda memetapikirkan kota Jakarta, gunakan patung Monas. Jika Anda memetapikirkan kota Bandung, gunakan miniatur Gedung Sate.
4. Usahakan mencatat hanya satu kata atau simbol untuk setiap poin yang ingin Anda ingat atau tampakkan, satu tema utama untuk setiap cabang.
5. Letakkan poin-poin yang berhubungan pada cabang utama yang sama, masing-masing membentuk subcabang.
6. Gunakan pensil atau spidol berwarna untuk topik-topik yang berhubungan.
7. Lukislah sebanyak mungkin gambar atau simbol.
8. Ketika Anda melengkapi setiap cabang, lingkari dengan garis batas berwarna.
9. Kembangkan terus setiap peta secara teratur. Ada kemungkinan cabang yang membesar dan banyak dapat kita pisahkan untuk menjadi peta-pikiran yang baru, dan seterusnya.





Gambar 2.1. Peta konsep
Mind mapping dapat menghubungkan ide baru dan unik dengan ide yang sudah ada , sehingga menimbulkan adanya tindakan spesifik yang dilakukan oleh siswa. dengan penggunaan warna dan simbol –simbol yang menari akan menciptakan suatu hasil pemetaan pikiran yang baru dan berbeda. Pemetaan pikiran merupakan salah satu produk kreatif yang dihasilkan oleh siswa dalam kegiatan belajar
Siswa cenderung membuat catatan dalam bentuk linier dan panjang sehingga siswa mengalami kesulitan dalam mencari pokok ataupun point-point materi pelajaran yang telah dipelajari. Dalam metode konvensional siswa tidak banyak terlibat baik dari segi berfikir dan bertindak. Siswa hanya menerima informasi yang telah diberikan oleh guru tanpa adanya keterlibatan kegiatan psikomotoriknya.
Sistem limbic pada otak manusia memiliki peranan penting dalam penyimpanan dan pengaturan informasi (memori) dari memori jangka pendek menjadi memori jangka panjang secara tepat. Dalam proses belajar, siswa meginginkan materi pelajaran yang diterima menjadi memori jangka panjang sehingga ketika materi tersebut diperlukan kembali siswa dapat mengingatnya. Belahan neocortex juga memiliki peranan penting dalam penguatan memori. Belahan otak kiri yang berkaitan dengan kata-kata, angka, logika, urutan, dan rincian (aktivitas kademik). Belahan otak kanan berkaitan dengan warna, gambar, imajinasi, dan ruang atau disebut sebagai aktivitas kreatif. Jika kedua belahan neocortex ini dipadukan secara bersamaan maka informasi (memori) yang diterima dapat bertahan menjadi memori jangka panjang. Mind mapping merupakan teknik mencatat yang memadukan kedua belahan otak. Sebagai contoh, catatan materi pelajaran yang dimiliki siswa dapat dituangkan melalui gambar, simbol dan warna. Mind Mapping mewujudkan harapan siswa untuk memori jangka panjang. Materi pelajaran yang dibuat dalam bentuk peta pikiran akan mempermudah sistem limbic memproses informasi dan memasukkannya menjadi memori jangka panjang.
Keuntungan lain penggunaan catatan mind mapping yaitu membiasakan siswa untuk melatih aktivitas kreatifnya sehingga siswa dapat menciptakan suatu produk kreatif yang dapat bermanfaat bagi diri dan lingkungannya. Hal lain yang berkaitan dengan sistim imbik yaitu peranaannya sebagai pengatur emosi seperti marah, senang, lapar, haus dan sebagainya. Emosi sangat diperlukan untuk menciptakan motivasi belajar yang tinggi. Motivasi yang tinggi dapat menambah kepercayaan diri siswa, sehingga siswa tidak ragu dan malu serta mau mengembangkan potensi-potensi yang terdapat dalam dirinya terutama potensi yang berhubungan dengan kreativitas. Pemetaan pikiran yang terdapat dalam pembelajaran kuantum adalah salah satu produk kreatif bentuk sederhana yang dapat dikembangkan. Dengan teknik mencatat pemetaan pikiran diduga kreatifitas(sikap kreatif) siswa akan meningkat.
2.4. Problem Solving (Pemecahan Masalah)
Problem solving atau pemecahan masalah diperkenalkan oleh George Polya (1887 – 1985). Pemecahan masalah adalah proses dalam mengidentifikasi suatu perbedaan antara beberapa kenyataan dan beberapa kondisi dari pengambilan tindakan yang diinginkan untuk memecahkan perbedaan. Pada abad ke-20, para pendidik mengabdikan perhatian mereka untuk mencoba, menggambarkan dan member pengajaran tentang ketrampilan pemecahan masalah. Pada awal 1900, pemecahan masalah dipandang sebagai mekanis, sistematis, dan sering juga memisahkan suatu ketrampilan seperti yang digunakan untuk memecahkan tebakan atau persamaan matematika. Permasalahan ini sering mempunyai jawaban benar berdasarkan pada solusi dengan jawaban benar tunggal (alasan yang memusat).
Dibawah pengaruh teori belajar kognitif, pemecahan masalah bergeser untuk menghadirkan suatu aktivitas mental yang kompleks yang terdiri dari berbagai tindakan dan ketrampilan teori. Pemecahan masalah mencakup pembelajaran yang lebih tinggi, ketrampilan berfikir seperti, visualisasi, asosiasi, abstrak, definisi, manipulasi, pemikiran, analisa, sintesis, masing-masing generalisasi yang diperlukan untuk diatur dan dikoordinasi (Garofalo&Lester, 1985,p.169)
2.4.1. Masalah umum dalam model pemecahan masalah pada tahun 1960-an
Sepanjang tahun 1960 dan 1970 an, peneliti mengembangkan masalah umum yang memecahkan model yang menjelaskan proses pemecahan masalah (Newell & Simon, 1972:Polya,1957; Bransford&Stein, 1984). Asumsi dibuat dengan mempelajari abstrak dari ketrampilan pemecahan masalah, yang mana dapat memindahkan ketrampilan ini pada situasi manapun.
Contoh : pemecahan masalah model umum untuk model ideal Breansford’s
1. Identifikasi masalah
2. Gambarkan masalah melalui berfikir dan menyotir informasi yang relevan
3. Selidiki masalah dengan memperhatikan alternative, pengunkapan pendapat dan mengecek titik pandang yang berbeda.
4. Mematuhi strategi-strategi
5. Melihat kebelakang dan mengevaluasi aktivitasmu

2.4.2. Model Pemecahan Masalah
Penelitian kognitif yang telah dilakukan duapuluh tahun yang lalu telah mendorong suatu model pemecahan masalah yang berbeda. Dalam tahun 1983, pemecahan masalah didefinisikan sebagai proses dimana pemecahan masalah harus ditemukan hubungan antara pengalaman masa lalu dan masalah yang ada dan kemudian bertindak didalam pemecahan masalah. Karakteristik dari pemecahan masalah:
1. Pemecahan masalah adalah teori dari behavior
2. Pemecahan masalah mengakibatkan perilaku yang memimpin kea rah suatu solusi
3. Pemecahan masalah adalah suatu proses yang melibatkan manipulasi (Funkhouser dan Dennis, 1992).
Suatu model yang sering digunakan yang menyangkut pemecahan masalah ditunjukkan dalam gambar 2.2.(Gick, 1986) sebagai berikut
Menghadirkan
Masalah
Permasalahan
Implement
Mencari
Solusi
Sukses
STOP




Gambar 2.2. Model proses pemecahan masalah

2.5. Sub Materi Pelajaran Matematika: Segitiga
Segitiga adalah bangun datar yang dibatasi oleh tiga garis lurus dan mempunyai tiga titik sudut (Cunayah, 2005).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini akan dibahas langkah-langkah dalam menyelesaikan persoalan penelitian.
3.1. Tahap Penelitian
Pada penelitian ini, penulis menggunakan prosedur pelaksanaan dengan penelitian experimental, yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk menyelediki kemungkinan saling hubungan sebab akibat dengan cara mengenakan kepada satu atau lebih kelompok eksperimental, satu atau lebih kondisi perlakuan dan memperbandingkan hasilnya dengan satu atau lebih kelompok (Suryabrata, 1998).
Dalam penelitian ini penulis, memperlakukan subjek penelitian yaitu pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model mind mapping dan model problem solving. Berdasarkan perlakuan dengan kedua model pembelajaran ini kemudian kepada siswa diminta untuk menjawab soal-soal test guna memperoleh data primer.
Selanjutnya test hasil belajar atas materi pelajaran yang ditindakan untuk memperoleh data pencapaian prestasi belajar siswa. Perlakuan tindakan dengan model mind mapping dan model problem solving untuk kelas VIIA dan VIIB, dilakukan selama 6 kali pertemuan dengan topic pembelajaran adalah segitiga untuk mata pelajaran matematika.
3.2.Populasi , Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
Sebagai populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Kristen Lentera Ambarawa. Karena jumlah populasi tersebut tidak terlalu banyak, maka semua anggota populasi dijadikan sampel penelitian ini.
Penelitian ini menggunakan populasi yaitu siswa kelas VIIA yang jumlahnya 22 siswa yang terdiri dari 9 putra dan 13 putri. Untuk kelas VIIB yang jumlahnya 22 siswa yang terdiri 10 putra dan 12 putri.
3.3. Jenis Data dan Alat Pengumpul Data
Data yang akan diperoleh dari penelitian ini berupa hasil observasi dalam pembelajaran, sikap siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran matematika dengan model mind mapping dan problem solving terhadap hasil prestasi belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran matematika tersebut yang berupa skor tes.
Adapun untuk memperoleh data sebagaimana yang dimaksud, peneliti menggunakan lembar pengamatan (observasi) di kelas selama proses pembelajaran matematika dengan model mind mapping dan problem solving, lembar angket dan soal tes.
3.3. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, yaitu berupa skor (nilai) dari hasil pengerjaan siswa pada tes kemampuan matematika siswa pokok bahasan Bangun dimensi dua yaitu segitiga yang terlibat dalam penelitian dan skor angket sikap siswa dalam pembelajaran Matematika yang dipadu pembelajaran dengan model mind mapping dan problem solving.
Dalam penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan adalah analisis statistika dan uraian berbentuk naratif. Untuk analisis secara statistika, jenis statistika yang dipilih adalah statistik deskrptif dan digunakan uji –t , dengan mengetahui terlebih dahulu syarat-syarat penggunaan uji-t tersebut.
Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan SPSS 12, dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Uji Normalitas dan Uji Homogenitas
Dalam penelitian ini, pengujian normal tidaknya distribusi data akan digunakan uji Shapiro Wilks dan Lilliefors (atau Kolmogorov Smirnov) (Santoso, 2003:152). Jika sampel yang diperoleh berasal dari populasi berdistribusi normal, maka langkah pengujian dilanjutkan dengan uji homogenitas (kesamaan varians). Jika sampel yang diperoleh bukan berdistribusi normal, maka pengujian dilanjutkan dengan statistik non parametrik.
2. Menguji Hipotesis
Untuk pengujian hipotesis perbedaan kemampuan Matematika siswa, dengan menggunakan uji –t.
Hipotesis untuk kasus tersebut :
H0 : Tidak ada perbedaan antara kemampuan Matematika siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
H1 : Ada perbedaan antara kemampuan Matematika siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Dasar pengambilan keputusan :
Jika nilai probabilitas > 0,05 maka H0 diterima
Jika nilai probabilitas < 12t="x1-x2Sx1-x2'">
Rumus untuk mencari simpangan baku perbadaan rata-rata hitung adalah sebagai berikut:
12Sx1-x2=S12N1+S22N2'>
Dengan :
12Sx1-x2'> = Simpangan Baku perbedaan rata-rata hitung sampel ke-1 dan sampel ke-2
12S12'> = Varians pada sampel ke-1
12S22'> = Varians pada sampel ke-1
12N1'> = Jumlah Subjek kelompok sampel ke-1
12N2'> = Jumlah Subjek kelompok sampel ke-2






















DAFTAR PUSTAKA


Buzan. Tony dan Barry. 2004. Memahami Peta Pikiran : The Mind Map Book. Interaksa: Batam.
Buzan. Tony. 2004. Mind Map: Untukmeningkatkan Kreativitas. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
Brown, S.I & Walter, M.I. 1993. Problem posing: Reflection and applications. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates.
Blum, W. and Niss, M. (1989). Mathematical Problem Solving, Modelling, Applications, and Links to Other Subjects – State, Trends and Issues in Mathematics Instruction. In: W. Blum, M. Niss, and I. Huntley (Eds.), Modelling, Applications and Applied Problem Solving: teaching mathematics in a real contexts. Chichester: Ellis Horwoord.
Davis, I.K, 1987. Pengelolaan Belajar. Jakarta: Rajawali Pers
Dryden. Gordon. 2003. Revolusi Cara Belajar: The Learning Revolution Bagian I. Kaifa: Bandung.
Garofalo, J., & Lester, F. (1985). Metacognition, cognitive monitoring, and mathematical performance. Journal for Research in Mathematics Education, 16 (3), 163-76.
Gick, M.L., & Holyoak, K.J. (1980). Analogical problem solving. Cognitive Psychology, 12. 306-355.
Gledler, M.E.B. 1986. Belajar dan membelajarkan. Terjemahan oleh Munandir. (1991). Jakarta: Rajawali.
Hamzah. 2003. Pembelajaran matematika menurut teori belajar konstruktivisme. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. 9 (040), 61–75.
Hudoyo, H. 1998. Pembelajaran matematika menurut pandangan konstruktivistik. Makalah Disajikan dalam Seminar Nasional Upaya-Upaya Meningkatkan Peran Pendidikan Matematika dalam Menghadapi Era Globaliasasi. Malang: Tidak Diterbitkan.

Hidayat. Nandang. Meningkatkan Energi Belajar Melalui Belajar kuantum (Quantum Learning): Bogor.
Jensen. Eric dan Karen Makowitz. 2002. Otak Sejuta Gygabite: Buku Pintar Membangun Ingatan Super. Kaifa : Bandung.
Newell, A. and Simon, H. (1972). Human Problem Solving . Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall.
Sugiarto. Iwan. 2004 Mengoptimalkan Daya Kerja Otak Dengan Berfikir Holistik dan Kreatif. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
Posing mathematical problems: An Exploratory study. Journal for Research in Mathematics Education. 27 (3), 293-309.
Porter. De Bobbi dan Hernacki. 1999. Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Kaifa : Bandung.
Porter. De Bobbi, dkk. 2000. Quantum Teaching. Kaifa: Bandung.
Polya, M. (1957). How to solve it. (2nd Ed.). New York: Doubleday. “Problem-Based Learning,” Southern Illinois University School of Medicine
Sadali, 2003. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran terhadap Aktifitas Guru dan Hasil Belajar dalam Mata pelajaran Pendidikan IPS di SD, penelitian Tindakan Kelas di SD Negeri Lemah Abang, Tanjung sari Kabupaten Brebes. http:// 202.159.1843/JP/21/Sadili:htm
Suparno, P. 1996. Filsafat konstruktivisme dalam pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.
Sutawidjaja, A. 1998. Problem solving dalam pembelajaran matematika. Makalah disajikan dalam seminar nasional upaya-upaya meningkatkan peran pendidikan matematika dalam menghadapi era globalisasi. Malang: Tidak Diterbitkan.
Tarsito.Sihotang, K. 1997. Problem posing: Membentuk manusia seutuhnya. Surabaya: Gema Clipping Service.Silver, E.A., Downs, J.M., Leung, S.S. & Kenney, P.A. 1996.

http://www.maranatha.edu/News/2008/januari/PelatihanPengembanganDesainContentMediaDigita/tabid/2257/Default.aspx didown load tanggal 8 agustus 2008

http://www.itb.ac.id/news/pdf/1499 didown load tanggal 8 agustus 2008

http://www.mate-mati-kaku.com/matematikawan/polya.html didown load tanggal 8 agustus 2008

http://matematika.upi.edu/index.php/arsip/12 didown load tanggal 8 agustus 2008

http://pkab.files.wordpress.com/2008/04/setyadewi.pdf didown load tanggal 8 agustus 2008



Kedisiplinan dan Prestasi Siswa

BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
Belajar merupakan kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Setiap orang yang menjalani proses belajar pasti menginginkan mencapai prestasi yang baik. Prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai oleh siswa dalam mempelajari suatu ilmu atau pengetahuan dan setelah berinteraksi dengan lingkungan sehingga memperoleh nilai yang berupa angka dari tes belajar serta tingkah laku yang relatif permanen.
Prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor internal maupun eksternal. Disiplin adalah salah satu faktor yang berpengaruh terhadap prestasi belajar, sebab disiplin merupakan salah satu modal yang harus dimiliki oleh setiap siswa untuk menyelesaikan tugas dan kewajibannya.
Menurut Singgih Gunarsa (1987 : 15), salah satu yang menyebabkan tinggi rendahnya prestasi belajar adalah keteraturan dan disiplin belajar. Kedisiplinan belajar merupakan alat pendidikan yang bersifat preventif dan bertujuan untuk mencegah dan menjaga hal – hal yang dapat menganggu dan menghambat proses belajar dapat dihindarkan. Berdisiplin dalam belajar akan menciptakan kemauan untuk belajar secara teratur dan akan membuat siswa memiliki kecakapan mengenai cara belajar yang baik. Apabila sikap dan kebiasaan belajarnya baik, ia cenderung berprestasi baik.
Disiplin merupakan suatu sikap yang menunjukkan kesediaan untuk menepati atau mematuhi dan mendukung ketentuan, tata tertib, nilai serta kaidah – kaidah yang berlaku (Slameto, 1998 : 2). Disiplin mengandung asas taat, yaitu kemampuan untuk bersikap dan bertindak secara konsisten berdasar pada suatu nilai tertentu. Masalah disiplin merupakan masalah yang dihadapi sekolah – sekolah dewasa ini. Oleh karena itu orang tua dan pendidik harus mengajarkan disiplin kepada anak – anak sehingga anak tahu apa yang dilarang dan apa yang tidak dilarang.
Disiplin belajar merupakan sikap yang harus ditanamkan dan dikembangkan sejak dini pada setiap diri manusia, karena disiplin sebagai latihan yang bertujuan mengembangkan watak agar dapat mengendalikan diri, berperilaku tertib, efektif, dan efisien dalam belajar. Disiplin belajar secara rutin memang sulit dilaksanakan, maka perlu pembinaan dan latihan yang rutin untuk membentuk sikap mental dan kebiasaan belajar yang baik serta diharapkan dapat belajar dengan teratur. Keteraturan dapat menunjang dan meningkatkan keberhasilan atau prestasi belajar yang baik.
Di Indonesia masih banyak pelajar yang belum memahami dan melaksanakan kebiasaan belajar yang baik. Akibatnya prestasi belajar mereka belum mencapai hasil yang sesuai dengan harapan. Hal ini pula yang terjadi pada siswa – siswa kelas XI SMK Masehi PSAK Ambarawa, sehingga mendorong kami untuk melakukan penelitian mengenai hubungan antara kedisiplinan belajar dan prestasi siswa SMK Masehi PSAK Ambarawa. Permasalahan yang timbul adalah masih adanya siswa yang membolos, tidak mengikuti pelajaran dengan baik melainkan bersendau – gurau, bercakap – cakap dengan teman sebangku atau bahkan bermain – main di dalam kelas. Akhirnya pada saat menjelang pelaksanaan tes, mereka sibuk untuk meminjam catatan teman.
Disiplin harus ditanamkan sedini mungkin baik dalam keluarga maupun sekolah dengan cara menaati tata tertib, melaksanakan anjuran atau perintah baik dari orangtua maupun guru, membiasakan melakukan hal – hal yang baik dan bersifat tidak merugikan diri sendiri dan pihak – pihak lain.


1.2 Rumusan Masalah
Pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah : apakah ada hubungan yang signifikan antara disiplin belajar dan prestasi belajar siswa kelas XI SMK Masehi PSAK Ambarawa tahun ajaran 2007 / 2008 dengan membahas :
1. Seberapa tingkat disiplin belajar siswa kelas XI SMK Masehi PSAK Ambarawa tahun ajaran 2007 / 2008
2. Apakah ada hubungan antara kedisiplinan belajar dengan prestasi belajar siswa kelas XI SMK Masehi PSAK Ambarawa tahun ajaran 2007 / 2008

1.3 Tujuan Masalah
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara disiplin belajar dan prestasi belajar siswa kelas IX SMK Masehi PSAK Ambarawa Tahun Ajaran 2007 / 2008

1.4 Batasan
Dalam penelitian, penulis melakukan pembatasan terhadap data sebagai berikut :
1. Banyaknya responden adalah 100 Siswa SMK Masehi PSAK Ambarawa.
2. Pengolahan data menggunakan program SPSS versi 12.


1.5 Manfaat Penelitian
1. Dapat dijadikan acuan pentingnya disiplin belajar bagi siswa
2. Para guru dapat menerapkan disiplin belajar dalam proses belajar dan mengajar sehingga dapat meningkatkan kualitas dan membentuk siswa yang berdisiplin serta dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.


1.6 Langkah Penelitian
Langkah dari metode yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Studi literatur tentang Kedisiplinan Belajar Siswa
2. Pembuatan Angket
3. Pengamatan dan pengumpulan data
4. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas data
5. Pengolahan data
6. Analisis dan pembahasan
7. Kesimpulan
8. Pembuatan laporan

BAB II
KIBLAT TEORITIS

Pada bab ini akan dibahas mengenai landasan teori dan sekilas mengenai profil SMK Masehi PSAK Ambarawa.

2.1. Kedisiplinan
Kedisiplinan berasal dari kata “disiplin”, yang berarti sikap mental yang mengandung kerelaan untuk mematuhi semua ketentuan peraturan dan norma yang berlaku dalam menunaikan tugas dan tanggung jawab (Singgih D Gunarsa, 1987 :15). Sejalan dengan itu dijelaskan dalam kamus besar bahasa indonesia (2002 : 268) disiplin adalah ketaatan (kepatuhan kepada peraturan (tata tertib, dsb).
Kata disiplin berasal dari bahasa latin “disciplina” yang menunjukkepada belajar dan mengajar. Disiplin dikembangkan dengan menunbuhkan kesadaran untuk selalu mematuhi peraturan dan nilai yang selalu dianutnya, walaupun tanpa pengawasan atau sanksi (Ensiklopedia, 1989 :371 - 372).
Menurut slameto (1998 :2) disiplin merupakan suatu sikap yang menunjukkan kesediaan untuk menepati atau mematuhi dan mendukung ketentuan, tata tertib peraturan, nilai seta kaidah-kaidah yang berlaku. Dengan demikian disiplin bukanlah suatu yang dibawa sejak awal, tetapi merupakan sesuatu yang dipengaruhi oleh faktor ajar atau pendidikan. Prilaku disiplin bagi siswa adalah salah satu kunci sukses untuk dapat meraih prestasi studi yang maksimal.
Fungsi utama disiplin adalh untuk mengajar mengendalikan diri dengan mudah menghormati dan mematuhi otoritas. Dalam mendidik anak perlu disiplin tegas dalam hal apa yang harus dilakukan dalam apa yang dilarang dan tidak boleh dilakukan.


2.2. Unsur-unsur disiplin

Unsur-unsur yang terkadung dalam pengertian disiplin mencakup beberapa hal, diantaranya ;
2.2.1. Taat
Taat artinya selalu patuh pada peraturan yang berlaku. Ketaatan didalam disiplin belajar diperlukan supaya setiap waktu yang ada dapat digunakan secara seimbang. Disiplin belajar bukanlah menggunakan semua waktu yang ada hanya untuk belajar akan tetapi diimbangi dengan kegiatan lain.
2.2.2.Tertib
Tertib berarti mengerjakan kegiatan dengan kesadaran secara sistematis untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Didalam belajar siswa secara sistematis (terarah) yaitu didalam kegiatan belajar sebaiknya siswa menentukan arah dan tujuan dari belajarnya sehingga dengan begitu akan tercapai hasil yang efektif dan efisien.
2.2.3.Tanggung jawab
Tanggung jawab adalah kegiatan yang dikerjakan dengan penuh rasa memiliki dan rasa memiliki dan rasa menjaganya agar setiap kegiatan yang dikerjakan betul-betul dapat dipercaya kebenarannya. Pada saat belajar diperlukan adanya rasa tanggung jawab dari dalam diri siswa supaya pada saat belajar menumbuhkan rasa memiliki kewajiban untuk belajar sehingga akan membuat siswa lebih terfokus pada pelajaran yang siswa pelajari dan bukan pada hal lain.
2.3. Tujuan disiplin
Menurut Singgih D. Gunarsa (1987:163), disiplin perlu dalam mendidik anak supaya anak dengan mudah :
a. Meresapkan pengetahuan dan pengertian sosial antara lain mengenai hak milik orang lain.
b. Mengerti dan segera menurut untuk menjalankan kewajiban dan secara langsung mengerti larangan-larangan.
c. Mengerti tingkah laku yang baik dan buruk
d. Belajar mengendalikan keinginan dan berbuat sesuatu tanpa merasa terancam oleh hukuman
e. Mengorbankan kesenangan sendiri tanpa peringatan dari orang lain.

2.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi kedisiplinan
Menurut Gunarsa (2000), dalam usaha menanamkan disiplin pada anak, beberapa faktor yang perlu diperhatikan adalah:
1. Menyadari adanya perbedaan tingkat kemampuan kognitif anak
Dengan azas perkembangan aspek kognitif, maka cara yang dilakukan perlu disesuaikan dengan tingkat kemampuan kognitif ini.
2. Menanamkan disiplin anak harus dimulai sejak dini
Menanamkan disiplin anak harus dimulai sejak dini seawal mungkin yakni sejak anak mulai mengembangkan pengertian-pengertian dan mulai bisa melakukan sendiri (tidak lagi “total independent”)
3. Mempergunakan teknik demokratis sebanyak mungkin
Dalam usaha menanamkan disiplin perlu dipertimbangkan agar mempergunakan teknik demokratis sebanyak mungkin. Pendekatan yang berorentasi pada kasih sayang harus dipakai sebagai dasar untuk menciptakan hubungan dengan anak.
4. Penggunaan hukuman sebagai bentuk sikap tegas, konsekwensi dan konsistensi
Penggunaan hukuman harus diartikan sebagai bentuk sikap tegas, konsekwensi dan konsisten dangan dasar bahwa yang dilakukan bukan di anak atau perasaan anak, melainkan perbuatannya yang melanggar aturan.
5. menanamkan sikap disiplin secara berkelanjutan
Menanamkan disiplin bukanlah kegiatan “sekali jadi” melainkan harus bekali-kali melainkan mendorong perlu dilakukan berulang-ulang sampai tercapai keadaan dimana anak bisa melakukan sendiri sebagai kebiasaan.


2.5. Prestasi Belajar

2.5.1. Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan (slameto, 2003). Dari pengertian tersebut diatas berarti belajar merupakan proses perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan yang terjadi di dalam diri individu banyak sekali sifat dan jenisnya bukan setiap perubahan dalam diri individu yang merupakan perubah dalam arti belajar.
Belajar adalah proses dimana tingkah laku yang ditimbulkan adalah diubah melalui praktek atau latihan (slameto, 1998). Dari dua definisi terakhir tersebut menunjukkan bahwa belajar itu merupakan proses perubahan tingkah laku yang diperlukan melalui latihan maupun pengalaman. Jadi perubah tingkah laku yang tidak melalui proses atau tidak diperoleh melalui latihan maupun dari pengalaman bukanlah kegiatan belajar.
Menurut Winkel (1991) belajar merupakan aktivitas mental adalah psikis yang berlangsung dalam interaksi akatif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan dan pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap. Maka dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan proses perubahan tingkah laku secara keseluruhan setelah berinteraksi dengan lingkungan.
Ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar dapat dikategorikan sebagai berikut (Slameto, 1988 : 3:4):
a. Perubahan terjadi secara sadar
b. Perubahan dalam belajar bersifat kontinue dan fungsional
c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif
d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara, namun menetap atau permanen
e. Perubahan dalam belajar bertujuan dan teramah
f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.

2.5.2. Prestasi Belajar

Didalam kamus besar bahasa indonesia (2002 :895) menyebutkan prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dan sebagaiknya). Menurut Ariyono Suyono (1985 :332) prestasi sama dengan achievment Yang mempunyai arti hasil suatu usaha prestasi belajar adalah tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam buat skor yang dioeroleh dari hasil tes mengenai sejumlah mata pelajaran tertentu (nawawi,1981).
Sedangkan menurut tirtonegoro(1984)prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf, maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu.
Secara umum prestasi belajar dapat diartikan sebagai pengetahuan yang dicapai siswa pada sejumlah mata pelajaran tertentu yang telah ditetapkan pada tiap semester yang meliputi sikap penguasaan materi sebagai tolak ukur keberhasilan siswa disekolah yang selanjutnya tertuang dalam raport yang dinyatakan dalam bentuk nilai yang berkisar antara 0-100. dengan membandingkan hasil tes yang dapat dicapai siswa lain yang ikut belajar dalam kurun waktu yang sama maka dapat diperoleh gambaran kedudukan atas status prestasi tersebut dalam satu kelas.

2.5.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar
Berbeda-bedanya kemampuan merupakan salah satu faktor yang menyebabkan berbeda-bedanya prestasi. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi prestasi belajar adalah :
a. Faktor Internal
Faktor internal yang dimaksud adalah segala sesuatu yang bersumber dari dalam diri subjek yang belajar, seperti faktor psikologis yang mencakup minat, kecerdasan, motivasi, perhatian , ingatan dan berfikir, dan faktor psikologis yang mencakup penglihatan, pendengaran, gizi, dan kesehatan. Fisiologis terganggu akan mempengaruhi hasil prestasi belajar anak.
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah segala faktor yang bersumber dari luar diri subyek yang belajar, seperti instruksional yang meliputi kurikulum, bahan belajar, guru pengajar, metode penyajian, serta lingkungan belajar yang meliputi lingkungan alam, lingkungan fisik dan lingkungan sosial.
c. Faktor Situasional
Faktor situasional menurut Winkel (1987), antara lain :
1. keadaan musim adalah iklim sering menciptakan kondisi psikis atau kondisi fisik pada guru dan siswa yang kurang menguntungkan
2. keadaan waktu yang mencakup jumlah hari dan jumlah jam setiap hari dimana kegiatan belajar berlangsung.
3. keadaan politik ekonomis yang labil dan berubah-ubah membuat guru dan murid menjadi gelisah dan cemas

menurut Sunyobroto (1984) faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah:
1. faktor yang berasal dari dalam diri siswa yaitu :
a. faktor fisiologis
b. faktor psikologis
2. faktor yang berasal dari luar diri siswa yaitu :
a. faktor sosial
b. faktor non sosial

2.6. Hubungan antara disiplin belajar dengan prestasi belajar

Pembudayaan disiplin tidak cukup hanya dengan melalui peraturan tata tertib yang diumumkan secara lisan atau tertulis saja. Keteladanan, dorongan serta bimbingan dalam bentuk-bentuk kongkrit sangat diperlukan bahkan keikutsetaan semua warga sekolah secara langsung akan lebih tepat dan berhasil. Keberhasilan penegakan pendidikan lainnya, yaitu peran keluarga dan masyarakat. Menurut Widirahardja (1998:2) apalagi individu atau peserta didik berperilaku disiplin atau bersedia manaati segala peraturan (tata tertib) yang ada dalam kegiatan belajar, merupakan suatu modal dasar yang sangat berharga atau bermakna sekali dalam menunjang tercapainya kegiatan pembelajaran.
Anak yang dapat ke sekolah, tetapi sering membolos, akan menanggung resiko mengalami kegagalan dalam pelajaran (kartono kartini, 1985:78). Anak harus belajar mendahulukan kewajiban-kewajiban sebelum mengejar kesenangan. Belajar harus dengan disiplin karena disiplin adalah kunci sukses. Untuk mencapai prestasi belajar yang maksimal diperlukan sikap mental siswa dalam mengarahkan seluruh belajarnya.
Anak yang tidak patuh pada peraturan-peraturan sesungguhnya hanya ingin menjalankan rencananya sendiri, dan bukan ingin memberontak. Dalam hal ini anak boleh diberi kesempatan untuk melakukan eksperimentasi dan menguji kemampuannya tetapi harus dibatasi oleh kesanggupan bertujuan agar mempermudah pendidikan anak dan memudahkan anak untuk belajar berbagai peraturan dan tata cara hidupnya serta larangan-larangan dalam hidup.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat dijadikan catatan bahwa:
1. kedisiplinan merupakan jembatan untuk menuju kesuksesan, baik di lingkungan keluarga, dan lingkungan masyarakat. Terutama dilingkungan sekolah.
2. hubungan disiplin belajar dan prestasi belajar bersifat psikologis artinya dengan melakukan disiplin belajar, timbul rasa aman dan tenang dalam diri anak didik sehingga berpengaruh terhadap prestasi belajarnya baik dirumah maupun disekolah.
3. kedisiplinan belajar akan menghasilkan prestasi yang baik dengan bentuk hasil penilaian tertinggi yang merupakan kebanggaan bagi setiap anak didik di sekolah

2.7. Sekilas Tentang Masehi PSAK Ambarawa.

SMK Masehi PSAK Ambarawa merupakan salah satu lembaga swasta yang berdiri sejak th 1972 sampai sekarang masih ingin mendarmabaktikan kepada bangsa dan negara Indonesia di bidang Pendidikan Nasional. SMK Masehi PSAK sangat ingin memberi pelayanan prima kepada masyarakat, siswa, orang tua siswa. Lokasi srategis dan pendidika keterampilan bagi siswa di lingkungan masyarakat ekonomi menengah kebawah adalah andalan kami. Pemberian keterampilan untuk menjadi tenaga penjual (mesin2 bisnis), wirausaha, administrasi kantor (fax,internet,telp) dan pembukuan yang ditunjang dan dilengkapi keterampilan untuk menjahit, memasak, memasarkan, merupakan upaya kami untuk menyiapkan tenaga yang mandiri dan siap kerja.
SMK Masehi PSAK Ambarawa yang sebelumnya dikenal dengan nama SMEA Kristen Ambarawa dibuka pada tanggal 1 Januari 1970. Pada saat itu masih menempati gedung milik SMP Kristen Ambarawa di Jalan Dr. Cipto no. 19 Ambarawa. Pada awal Tahun Ajaran 1979/1980 mulai menempati gedung milik sendiri yang beralamat di Jalan Pemuda Ambarawa Telp./ Fax 0298 591163 e-mail : SMK_ Masehi@Telkom.Net.
SMK Masehi PSAK Ambarawa di bawah naungan Yayasan PSAK yang beralamat di Jalan Imam Bonjol No. 138 Semarang.
SMK Masehi PSAK Ambarawa termasuk kelompok Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen.
Program Keahlian yang dimiliki meliputi 3 (tiga) Program Keahlian yaitu:
a. Program Keahlian Akuntansi
b. Program Keahlian Sekretaris/ Administrasi Perkantoran
c. Program Keahlian Penjualan

BAB III
METODE PENELITIAN


Pada bab ini akan dibahas langkah-langkah dalam menyelesaikan persoalan penelitian.

3.1. Subjek Penelitian
Subjek atau sampel dalam penelitian ini adalah siswa dan siswi kelas XI SMK Masehi PSAK Ambarawa Tahun ajaran 2007/ 2008. Dipilihnya siswa dan siswi SMK Masehi PSAK Ambarawa karena penulis ingin mengetahui hubungan antara kedisiplinan belajar dan prestasi belajar. Pengamatan dan pengumpulan data dilakukan pada tanggal 16 Juli 2007 sampai dengan 30 Juli 2007.

3.2. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik atau instrumen :
a. Angket
Angket adalah seperangkat pertanyaan yang disusun untuk diajukan kepada responden. Angket ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi secara tertulis dari responden berkaitan dengan tujuan penelitian. Angket disusun dalam bentuk daftar pertanyaan dimana setiap pertanyaan mempunyai 4 alat jawaban yang harus dipilih salah satu yang paling sesuai dengan responden. Angket pada Lampiran 2.
b. Observasi
Observasi adalah teknik yang digunakan sebagai pelengkap untuk mengetahui kondisi dan situasi proses belajar dan mengajar pada siswa dan siswi kelas XI SMK Masehi PSAK Ambarawa Tahun ajaran 2007/ 2008.
c. Interview
Interview adalah suatu proses memperoleh informasi untuk tujuan penelitian dengan cara melakukan tanya jawab secara langsung antara peneliti dengan responden maupun pihak yang terkait. Teknik ini digunakan untuk mencari data yang belum terjawab dalam angket yang diisi oleh siswa dan siswi kelas XI SMK Masehi PSAK Ambarawa Tahun ajaran 2007/ 2008
3.3. Pemilihan Variabel
Dengan melakukan studi literatur dan konsultasi mengenai elemen-elemen atau segmen-segmen untuk mengetahui hubungan antara disiplin belajar dan prestasi belajar siswa, dalam penelitian ini ditentukan 20 variabel awal yang diasumsikan mempunyai pengaruh terhadap kedisiplinan belajar siswa untuk meningkatkan prestasi belajarnya.


Variabel-variabel yang digunakan sebagai berikut :
X1 = Bagi saya, datang kesekolah tidak terlambat adalah kewajiban

X2 = Saya selalu mempersiapkan peralatan sekolah terlebih dahulu agar
dapat mengikuti pelajaran dengan baik
X3 = Saya menyusun jadwal belajar teratur dan selalu menepatinya
X4 = Dengan penuh kesadaran saya menggunakan waktu belajar dengan
sebaik – baiknya, secara tepat dan efisien untuk meningkatkan hasil
belajar
X5 = Saya tetap belajar dengan baik meskipun tidak ada PR

X6 = Saya senang apabila pelajaran kosong dan menggunakan waktu
luang tersebut untuk bersendau gurau, berbicang – bincang dan
bermain dengan kawan – kawan dikelas
X7 = Saya tetap belajar sesuai jadwal yang ada meskipun mendapat nilai
ulangan yang kurang baik
X8 = Saya akan melanggar jadwal belajar bila ada acara TV yang bayar
atau ada kegiatan yang lebih menarik misalnya bepergian dengan
keluarga
X9 = Menjelang ulangan saya belajar semalam suntuk tanpa istirahat dan
tidur
X10 = Saya tidak belajar jika tidak ada ulangan
X11 = Saya mematikan TV saat belajar
X12 = Saya selalu menyimak penjelasan guru dan aktif bertanya apabila
belum mengerti
X13 = Saya aktif menjawab pertanyaan guru
X14 = Saya tidak memperhatikan apabila ada teman yang menjawab
pertanyaan guru
X15 = Saya selalu protes kepada guru apabila dijawaban benar yang
disalahkan di dalam hasil ulangan saya
X16 = Saya selalu mempertahankan pendapat saya dalam diskusi di kelas
X17 = Saya selalu mengikuti Upacara bendera jika diadakan di sekolah
X18 = Saya selalu mengikuti ekstrakulikuler jika diadakan di sekolah dan
itu wajib
X19 = Saya langsung pulang kerumah setelah sekolah usai
X20 = Saya akan mengerjakan PR setelah pulang sekolah


3.4. Teknik Pengukuran Variabel
Pengukuran nilai pada setiap variabel yang diperoleh dari responden dinyatakan dalam skala sikap, yang ditunjukkan pada Tabel 3.1.


Tabel 3.1. Pengukuran Skala Sikap
Skala Sikap
Skor
Sangat Tidak Setuju
1
Tidak Setuju
2
Setuju
3
Sangat Setuju
4

Sumber : Arikunto, 1983

Pilihan netral disini ditiadakan karena kecenderungan yang terjadi pada sebagian besar penelitian responden akan memilih netral dari pada menentukan sikapnya sehingga kemampuan penelitian dalam mengungkapkan fenomena sikap kurang maksimal.

3.5. Pengumpulan Data
Pengumpulan data menunjukkan cara-cara yang dapat ditempuh untuk memperoleh data yang dibutuhkan, penulis menggunakan pengumpulan data sebagai berikut :
3.5.1. Metode pengumpulan data
1. Data primer
Data primer adalah data yang dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan penyelidikan yang sedang ditangani, dikumpulkan secara langsung dari lapangan, yang diperoleh dengan cara melakukan pengamatan, survei serta wawancara atau memberi daftar pertanyaan (Darmawan, 2005). Angket disusun untuk mendapatkan data primer tersebut diatas terdiri pertanyaan terbuka tentang identitas, profesi responden dan daftar pertanyaan tertutup tentang profil serta sikap responden.
Data primer yang diperoleh:
1). Data hasil kuesioner yang berupa tingkat kedisiplinan belajar siswa
dengan prestasi belajar siswa disajikan pada Lampiran 3.
2). Gambaran Proses Kegiatan Belajar Mengajar di SMK Masehi PSAK
Ambarawa (Lampiran 4).

2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh tidak secara langsung, misalnya dari dokumen-dokumen, aturan-aturan, undang-undang dan lain-lain. Dalam penelitian ini data sekunder yang diperoleh dari dokumen-dokumen antara lain adalah :
a. Profil Mengenai SMK Masehi PSAK Ambarawa
b. Kegiatan-kegiatan di Sekolah:
Ø Upacara Bendera setiap Senin Jam 07.00 – 08.00
Ø Ekstrakulikuler setiap Jumat Jam 03.00 – 05.00



3.5.2. Metode penarikan sampel
Metode penarikan sampel yang digunakan adalah metode Haphazard dan Judgement yaitu sebuah sampel yang diambil secara kebetulan atau seenaknya dengan elemen-elemennya dipilih sekehendak hati peneliti (Cochran, 1991). Dalam penelitian ini diambil sampel sejumlah 100 responden.

3.6. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
Validitas dan reliabilitas merupakan pengukuran yang penting dalam sebuah analisa data. Hal itu dilakukan untuk menguji apakah suatu alat ukur atau instrumen penelitian (kuesioner) sudah valid (sahih) dan reliabel (handal). Untuk pengujian validitas dan reliabilitas, penulis menggunakan uji koefisien korelasi dengan Uji Kendall’s tau_b.
3.6.1. Uji validitas
Uji validitas digunakan untuk mengetahui valid tidaknya instrumen pengukuran. Instrumen dikatakan valid apabila dapat mengukur apa yang semestinya diukur atau mampu mengukur apa yang ingin dicari secara tepat (Darmawan, 2005). Sedangkan Validitas mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu alat atau Angket dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukan pengukuran. Alat yang menghasilkan data tidak relevan dengan tujuan pengukuran dikatakan sebagai alat yang memiliki validitas rendah.

3.6.2 Uji reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Singarimbun, 1995). Untuk mengetahui apakah alat ukur reliabel atau tidak, dilakukan uji reliabilitas menggunakan koefisien reliabilitas. Jika nilai koefisien reliabilitas yang terukur adalah lebih besar atau sama dengan 0,5 yang berarti instrumen dapat dipercaya sebagai alat ukur.

3.7. Analisis Data
Dalam penelitian ini data yang telah dikumpulkan, kemudian dianalisa dengan menggunakan teknik ko9relasi dari kendall’s tau_b yang terdapat dalam program SPSS versi 12.